Minggu, 12 Maret 2023

Monolog – MARKUS : Zohry Junedi


 
(Sajana Muda ; Iwan Fals Mode On)

(berpakaian kemeja setengah rapi, saat terlintas kerut diwajahnya tergambar lelaki paruh baya itu sepertinya sedang stress)

Ohhh Tuhan!!! Kemana lagi saya harus melangkah, saya lelah… telah sekian hari saya mondar mandir mencari pekerjaan tapi tak ada perusahaan yang mau menghargai ijazah-saya, jangankan untuk menjadi seorang eksekutif muda jadi seorang kuli bangunan sajah saya ditolak mentah-mentah, alasan mereka sederhana sekali ‘….anak muda tampangmu tidak mengizinkan untuk menjadi seorang kuli kau akan merepotkan dirimu sajah…..’, tapi ketika lamaran kumasukkan ke perusahaan , mereka justru menjawab sebaliknya ‘….anak muda lebih baik kamu jadi kuli sebab tampangmu tidak lulus akreditasi….’ . . . Sial mereka justru mengolok-olok saya!!!

(terdengar suara dentang denting besi…!!!!)

Lantas saya mau jadi apa?? Apa harus jadi Germo?? Akhhhh rasanya jawabannya akan sama saja dengan mereka ‘…anak muda tampangmu itu masih baby face mana ada perawan yang bakalan naksir kamu….‘ lho terus bwt apa saya sekolah tinggi-tinggi sampai gelar Sarjana Hukum ini menempel di belakang namaku, kalau pun harus jadi germo!! ternyata gelar ini justru merepotkanku sajah lebih baik saya tidak perlu sekolah jauh jauh meninggalkan kampoeng halaman , kalau tau dari dulu saja saya mengerjakan sawah milik pa’e dan bu’e , sekarang sawah dan ladang telah habis dijual untuk membiayai sekolahku, hufhhh nasib nasib….!!!!

Nama saya Marjuki lengkapnya Marjuki Kusdianto’ dengan sedikit penekanan di O’ , membuktikan bahwa saya berdarah jawa,(heee….) disapa akrab Juki atau teman2 didesa memanggil saya kus, Saya berangkat dari keluarga kecil tapi dengan cita2 besar, biaya sekolah dari SD hingga SMU mungkin bisa jadi hampir separohnya dari hasil jerih payah saya sendiri, pagi hingga siang saya sekolah , sorenya sehabis makan dan sholat saya bekerja di Gudang pengepakan sayur sayuran, semuanya saya lakukan karena saya ingin maju, melebihi kedua orang tua saya, saya ingin membahagiakan mereka seperti orang-orang lain, memberikan mereka rumah, membiarkan mereka istirahat dengan nyaman, dan menaikkan mereka haji, amien…. Seusai tamat bangku smu, saya sadar ternyata saya hanyalah keluarga miskin dan tidak pantas melanjutkan sekolah terlalu tinggi, huftt….akhirnya saya berpikir kembali untuk mengurungkan niat saya melanjutkan kuliah sebab jelas tuntutan biaya kuliah sangat mahal, belum lagi 12 orang adik saya masih kecil-kecil, mereka butuh biaya juga….!!! Tapi nasib berkata lain, tanpa sepengetahuan saya orang tua saya nekat menjual hampir separoh sawahnya dan beberapa ekor kerbau, hanya untuk menyekolahkan saya, saat itulah saya benar2 berjanji untuk serius dalam kuliah. (Dengan mata yang telah berawan gelap,tapi penuh mimpi!!!)

Saya dikuliahkan di fakultas hukum ternama di Universitas BBB alias Universitas Bukan Bintang Biasa, saya tumbuh menjadi mahasiswa yang begitu idealis, setiap ada kebijaksanaan yang dirasakan bertentangan dengan suara hati mahasiswa, mungkin saya adalah pelopor yang menentang pihak fakultas ataupun rektorat, ’…saudara-saudara mahasiswa!!!!...’ teriak saya lantang!!! ‘…..Pihak fakultas baru saja mengeluarkan kebijaksanaan sangat merugikan mahasiswa, merugikan kita semua, oleh sebab itu kawan2 semua mari sama2 kita bulatkan tekad satukan hati untuk menentang keputusan dekan sebab keputusan tersebut sama sekali tidak berdasar dan sangat merugikan mahasiswa, Setuju kawan2!!...’ spontan seluruh demonstran menyambut teriakan ‘…Setuju!!!...’ , ‘…. Kami tidak akan membubarkan diri sebelum tuntutan kami dikabulkan, satu komando satuu aksi!!!…’ seingat saya waktu itu matahari semakin terik, yang terus saja membakar emosi yang semakin kian memuncak karena perwakilan pimpinan belum juga keluar untuk memberi penjelasan, karena sepertinya tidak ada itikad baik dari pihak fakultas akhirnya emosi massa yang sudah pada posisi klimaks mendadak pecah… dipicu lagi salah satu mahasiswa mengaku dipukuli oleh satpam!!! Seperti tanpa aba-aba kami semua mulai brutal, dengan masa yang hampir mencapai 500san orang, kami semua menembus gedung, aparat yang menghadang kami serbu, kami pukul, barang2 administrasi kami hancurkan , semua pora-poranda . . . kondisi ruangan tak terkondisikan lagi, semua ba bi bu . . . beruntung ketika itu perwakilan pimpinan fakultas akhirnya keluar dibarengi beberapa orang dosen yang kelihatannya sudah begitu ketakutan, kelihatan dari wajahnya sepertinya mereka merasa terancam, pelan-pelan dengan nada sedikit gemetar “…saudara-saudara mahasiswa sekalian harap tenang, kami berjanji akan meninjau segala keputusan yang telah kami keluarkan, sekarang kami mohon kepada semuanya untuk membubarkan diri” huahaa… ketawaku dalam hati saat melihat jelas keringat dingin sebesar biji jagung para dosen tersebut. hmm, rasanya tak perlu saya sebutkan berapa banyak demonstrasi dan aksi lainnya yang kami lakukan untuk menentang segala peraturan yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani rakyat terutama mahasiswa.

(terdengar suara dentang denting besi kembali, marjuki mulai berang!!!)

Saya juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa atau sebut saja BEM, atau bukan saja aktif malah kemudian saya terpilih menjadi Presiden Mahasiswa dan setiap ketika saya berdiri didepan mimbar , tidak ada seorangpun yang sempat berbicara semua mata tertuju hanya pada saya, orang2 bilang saya seperti macan mimbar soekarno: mata saya nanar, emosi saya bak lahar panas yang meletusS-letus, tubuh saya tegak layak jenderal bintang lima, suara saya lantang memecah ruangan, semangadh saya berkobar berapi-api ‘…saudara-saudara mahasiswa semuanya, sekarang tidak ada lagi namanya penindasan dari dosen terhadap mahasiswa, tidak ada lagi kecurangan dalam dunia kampus, mari sama2 kita bersihkan birokrasi kita, hapus pungutan-pungutan liar bahkan kalau perlu seret mereka ke meja hijau bila terbukti atau gantung mereka biar dimayatnya kita tuliskan Bajingan Kampus!!! tidak ada lagi biaya SPP setiap tahun naik, pendidikan macam apa ini yang membiarkan berjuta2 anak putus sekolah karena biaya pendidikan mahal, Hidup mahasiswa!!! Hidup mahasiswa…!!!....’ sekejap ruang tenang pecah oleh gegap gempita reramai tepuk tangan undangan. Maka lama kelamaan nama saya mulai dikenal dikalangan pejabat teras universitas, tak banyak pejabat yang ternyata suka dengan muncung besar saya, tapi juga tidak sedikit dosen atau pejabat yang memuji keidealisan seorang mahasiswa seperti saya. akhirnya saya tidak mengecewakan kedua orang tua saya didesa, tidak berlama-lama tepat genap 6 tahun akhirnya saya terpaksa diluluskan dengan IPK ya standartlah,(ehehee…) .

Nama saya begitu dipuja dan disebut sebut di tiap sudut desa ketika saya telah berhasil meraih gelar sarjana, sarjana hukum impian saya dan juga mimpi orang tua saya!!! ‘…..Uyyy, saudara/I anak’e pak midun dah suksesss, uyy si marjuki udah jadi orang kayaa, HIduPp jukii…’ teriak orang2 kampung hamppir disetiap sudut desa.

Akhhhh…. Tapi itu kisah masa lalu tentang kejayaan yang tak akan mungkin kembali, sekarang saya hanyalah seorang pengangguran sial dan hari ini tepat 1 tahun setelah kelulusanku dan tepat 1 tahun saya menjadi pengangguran sial!!! Cita2ku untuk menjadi seorang jaksa atau hakim rasanya cukup kubawa sampai saat itu sajah, tapi saat itu ditengah kebimbangan, sayup sayup muncul seorang yang sepertinya saya kenal, beliau membawa sebuah kabar yang sempat menghentikan denyut jantung saya, ohhh ya ya ternyata dia teman satu angkatan yang dulu sama2 berjuang menegakkan idealisme kampus, dengan Bangga dia menyambut genggaman saya sehangat salam mahasiswa seperti dulu ‘…Selamat sob, akhirnya cita2 kamu tercapai, saudara lulus seleksi calon hakim!!!....’ saya masih dalam keadaan setengah percaya setengah tidak, saya hanya tak mampu berbicara banyak saat itu. Saya jadi hakimmmm, “….saya jadi hakimm…!!” sontak meledak gembira yang meluapP dalam diri saya “...saya jadi hakimmm... pa’ee…bu’eee Juki jadi hakimmm…!!!!” Akhirnya saya harus percaya jika kita punya semangadh yang besar dan tak lelah berjuang, apapun cita2 pasti tercapai.

Belum cukup 5 tahun saya telah menjadi hakim terkenal, dengan keidealisan yang sama seperti waktu saya jadi mahasiswa dulu. Setiap kasus-kasus saya putuskan dengan berdasarkan keadilan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa!!!.

Hingga pada suatu malam yang bagi saya terlalu kelam untuk dijadikan malam, saya ingat betul malam itu tepat pukul 12 lewat 10 menit hape saya berdering, saya ditelpon oleh seorang yang sama sekali tidak saya kenal, dia meminta saya untuk memenangkan persidangan lusa mendatang, jelas waktu itu saya semprot habis-habisan ‘…Setan kamu, kamu pikir saya siapa seenaknya mau suap saya,jangan samakan saya dengan hakim2 lain, dengar siapapun anda saya tidak akan tergoda, saya hanya memutuskan berdasarkan bukti dan hati nurani bukan berdasarkan uang kamu Iblis!!!...’ sebelum saya semprot habis-habisan penelepon yang entah siapa itu sempat mengatakan bahwa uang jaminan perkara sudah mereka kirimkan lewat rekening atas nama saya. sehabis telpon itu kututup saya tidak bisa tidur lagi, entahlah kalimatnya selalu terbayang bayang ”…rekening atas nama anda……rekening atas nama anda.. rekening atas nama anda…!!!” Akhhh persetan pikirku dalam hati, saya terus berusaha melupakan apa yang terjadi barusan, tapi tetap saja malam itu terlanjur membuat jantungku pecah, hingga menjelang pagi saya tetap tidak bisa tidur, seharian pekerjaanku semuanya berantakan, belum lagi kawan2 sekantor yang tak tentu salah apa, semuanya jadi lampiasan emosiku . . . untuk menenangkan alur pikirku, ku coba untuk berjalan2 sejenak keluar kantor sambil menghirup udara segar, tapi pilihanku salah, rasa penasaranku semakin menjadi saat tiba2 tanpa sengaja saya melintasi sebuah bank, seperti terhipnotis saya dibawa menuju kesebuah atm, pelan2 saya memasukkan kode pin tiga, dua, enam, tujuh, lima… saya setengah percaya jumlah angka nol yang muncul di layar atm kok banyak sekali, pelan pelan saya hitung dengan seksama “..nolllllll… nnnnoooool… nnnnnnolllll… nnnnolll… nooollll… nnol… nnnol… noool… nolll…” sekejap sekujur tubuhku gemetaran, pandanganku kelam, nafasku kejar2an dengan denyut jantung . . . masih dalam kondisi setengah sadar kuhitung ulang jumlah nol tepat dibelakang angka 2, satu . . . dua . . . tiga . . . empat . . . lima . . . enam . . . tujuh . . . delapan . . . sembilan . . . ha 2 Milyar??? Langsung kuterduduk tanpa banyak kata . . . 2 Milyarrrr . . . 2 milyarrr milyarrr . . . seperti sudah didepan mata sebuah rumah mewah memanggil manggil nama saya marjuki . . . juki . . . juki . . . terlebih lagi senyum bangga kedua orang tua saya berselempangkan peci dan kerudung haji dari mekkah . . .

(kembali terdengar suara dentang denting besi, menyadarkan juki dari lamunannya)

saya langsung pulang dengan langkah cepat tak tentu, pulang langsung duduk menuju ruang kerja saya dan merubah semua putusan pengadilan untuk memenangkan uang 2 milyar, akhhh persetan dengan keadilan , keadilan tak memberiku kebahagiaan tapi 2 milyar ini mampu mengantarku pada jalan pintas menuju mimpi-mimpi yang telah lama kunanti.

Mungkin bukan sekali dua kali aku menggadaikan keidealisan mahasiswa yang selalu kubangga banggakan seperti dulu, keadilan telah kugadaikan oleh sejumlah uang “. . . marr . . . mar . . . mar . .. kussss . . . kus . .. kus…” begitu rayuan nakal segelimang harta tersenyum memanggilku, “….marrr . . . kusss . . .” dan akhirnya terkenallah saya dengan sebutan markus yang sebenarnya marjuki kusdianto tapi dipelesetkan menjadi ‘Makelar Kasus’ huahahaaa…..

(terdengar suara pukulan besi, kali ini lebih nyaring dan lebih ganass!!!!)

Ia… ia… ia…. Saya tidur, dasar sipir penjara Goblok!!!!

(kemudian melentangkan tubuhnya seperti hendak tidur, dengan posisi membelakangi penonton: terlihatlah di belakang baju bertuliskan: TAHANAN LP CIPINANG)


Bengkulu, 23 Desember 2009
Zohri Junedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar