Minggu, 12 Maret 2023

Monolog – SIDANG JEMBATAN : Adhy Pratama


Setting : Musik bertaluan dari belakang layar, sementara layar masih tertutup. Dari tempat penonton hingga depan panggung terbentang sebuah jembatan menyentuh lantai, namun ada pegangan tangan dikiri dan kanan. Seorang lelaki, mencerminkan kemiskinan berjalan ditengah-tengah penonton meniti jembatan. Ruangan benar-benar gelap, cahaya hanya dibelakang layar. Lelaki ini membawa lampion terang kemerahan. Berjalan dengan pelan dan hati-hati, tempo berjalan lambat namun tempo berbicara sedang.

Lelaki (L) : 
Aku rindu, aku benar-benar merindukan (pause, berhenti, memandang sekeliling) saat suara rakyat adalah suara Tuhan, saat suara rakyat mengalun dengan lantang. (menghadap kekanan, lampion seperti menerangi bawah jembatan) rakyat adalah otak, bukan kelingking, yang seandainya ada amputasi, (pause) orang gila pun lebih memotong kelingking daripada mengorbankan otaknya. (melanjutkan berjalan dengan hati-hati, sesekali memegangi tali jembatan)

L : 
Melihat jembatan ini, menitinya dengan hati-hati, teringat pada Almarhum Pak Jumadi. Dia kepala desa kami yang telah meninggal 3 tahun yang lalu,(pause) kepala desa terbaik sedunia, kepala desa terbaik di akhirat. Saat itulah, pemimpin benar-benar menjadi wakil rakyat, mewakili suara rakyat, dia juaranya. (pause) aku teringat ketika dia dilantik, 40 tahun yang lalu, ia berkata (menirukan suara dan gesture Jumadi) aku punya dua buah toko didesa ini, aku juga punya lahan kelapa sawit yang luas, untuk itu, seluruh gajiku serta tunjangannya sebagai kepala desa, aku hibahkan ke kas desa, agar desa kita semakin maju dan jaya, melebihi desa-desa lain yang ada disekitar (pause) aku bersorak (pause) tidak hanya aku, tapi seluruh warga desa bersorak. Semenjak saat itu, Jumadi dipastikan menjadi kepala desa seumur hidupnya. Ketika dia meninggal (pause, terlihat sedih) langit ikut mendung, seluruh warga muram bahkan anak kecil yang belum mengerti apa-apa, ikut terisak. Kami kehilangan, kami kehilangan ksatria, kami kehilangan (pause) raja kecil yang arif bijaksana (melanjutkan berjalan)

L : 
Setahun sebelum dia meninggal, jembatan ini putus. Dalam kondisi tubuh yang lemah dan sakit-sakitan, ia pimpin rapat. Seperti sidang DPR yang terhormat, kami dianggapnya anggota dewan, (pause) takkan satu perkara pun dia putuskan, bila tidak ada pendapat dari kami. Kami warga yang bodoh, member pendapat berdasarkan hati dan perut kami. Sama sekali tidak difikirkan, (tertawa kecil) tapi dia rela mendengarkan, (pause) aku dengar, warga pelan-pelan berdoa untuk kesembuhannya, bahkan ada pula doa yang berbisik “biarkan Jumadi hidup selamanya ya Tuhan” (pause, melanjutkan berjalan,hingga sampai kepanggung)

L : 
Sidang terakhir dihidupnya, takkan pernah terlupa olehku (layar perlahan terbuka, cahaya panggung terang benderang, setting panggung; sebuah meja bertuliskan Kepala Desa, beberapa kursi dan minuman untuk peserta rapat) Sidang ini, kenangan terakhir warga bersama kades sepanjang masa

(L keluar dari panggung, kembali dengan menggunakan baju batik dan peci duduk di meja depan)

L : 
Assalamualaikum, para warga peserta rapat yang budiman, yang rela menyempatkan diri untuk hadir dalam rapat desa ini. Selamat pagi pula untuk yang berbeda keyakinan, seperti semboyan Indonesia, meski kita berbeda, tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk bekerja sama membangun desa ini. (pause, menarik nafas panjang) yang ingin saya ungkapkan pada kalian ialah, perlunya perbaikan atas jembatan penghubung desa kita ke desa sebelah. Karena didesa sebelah itu ada SMP, jadi warga kita kesulitan untuk pergi kesekolah selama tidak ada perbaikan terhadap jembatan itu. Saya ingin mendengar, saran dan masukan dari bapak-bapak, ibu-ibu sekalian, bagaimana seharusnya kita lakukan terhadap jembatan putus itu?

L : 
(pindah keposisi peserta rapat, melepas pecinya dan mengikat sarung diperut) Saya, Pak Kades mau kasih saran saya begitu. Jadi begini pak kades begitu. Kan, dibelakang rumah saya yah pak kades, begitu, ada banyak pohon bambu begitu. Kita sudah semestinya itu pak kades begitu, perbaiki jembatan begitu. Kalau butuh banyak batang bamboo, bisa ambil dibelakang rumah saya beitu. Tapi jangan banyak-banyak pak kades begitu, lima batang saja begitu, saya rugi nanti begitu. Kalau mau lebih tidak apa-apa, begitu, tapi (agak malu-malu) bayar begitu.

L : 
(pindah tempat duduk) Huh! Payah tuh pak Kades, bah! Dia mau nolong (o ditekan) tapi pelitnya minta ampun pak kades.

L : 
(pindah ketempat posisi kades semula, seraya mengembalikan sarung ke atas pundak dan menggunakan peci) begini mas ucok, sama mas Azis, bagus juga idenya perbaiki jembatan itu pakai bamboo, walaupun Cuma lima batang saja yang gratis tapi sisanya bayar, saya kira duit kas desa (pause, memegang dada) cukup untuk membuatnya.

L : 
(pindah ketempat duduk, lepaskan peci dan sarung) maaf menyela, pak kades. Sebagai pemuda, saya berharap rehabilitasi jembatan ini lebih berupa peningkatan. Tentu, agar mobilisasi penduduk desa menjadi lebih efektif dan efisien, Pak Kades. Tentu, jembatan ini perlu kita buat berbahan rabat beton, dengan memasukkan proposal kepada pihak kecamatan atau kabupaten … (terpotong)

L : 
(pindah tempat duduk, sarung dipakai diatas kepala, peci digunakan sebagai kipas) gen padeak! Mobisasi-mobisasi, rebatisasi-rebatisasi, pektip-pesien, apa itu? Mentang-mentang kamu S2, kita didesa dek-dek, oi. Proposal-proposal jano tuh? Aku tidak setuju sama proposal-proposal tuh pak kades, lebih baik jelek tapi kita buat sendiri, dari pada tak tau jelek atau bagus minta sama orang, pakai proposal-proposal tuh.

L : 
(kembali ketempat kades) tidak boleh mengecilkan pendapat orang lain, tapi tidak pulo dibolehkan ego sendiri dikedepankan. Sebenarnya, maaf nih dek Pendi, saya juga tidak terlalu tertarik sama proposal-proposal itu. Pengemis elit, kalau menurut saya.

L : 
(kembali keposisi pemuda) tapi pak kades, urusan membangun jembatan memang tugas mereka, bagaimana mereka bisa berleha-leha sedangkan jembatan kita putus! Saya sudah banyak mempelajari tentang ilmu administrasi Negara, kita punya hak pak Kades, kita meminta hak kita! Kita menuntut hal yang memang seharusnya kita miliki!

L : 
(kembali ketempat ibu-ibu) oi dek-dek, ndak kamu belajar terasi Negara, gen, ndak tauco Negara gen, memangnya tuh jembatan bisa mulai dibuat besok! Kita harus menunggu sampai berapa lama!

L : 
(kembali ketempat kades) Saya kira ada yang bisa mengambil jalan tengahnya?

L : 
(kembali ketempat penonton, sarung dipakai seperti biasa, peci tetap digunakan) Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh (pause, menarik nafas panjang) seluruh warga desa yang budiman, saya hanya ingin menengahi saja. Ini ide saya bukan menjatuhkan keseluruhan pihak, saya benar-benar minta maaf, menurut saya pak kades dan seluruh warga desa yang budiman (pause) kita tetap masukkan proposal pembangunan ke kecamatan atau kabupaten, namun sambil menunggu pembangunan tersebut bisa berjalan sesuai yang diharapkan, kita bangun dulu jembatan semi-permanen manggunakan bamboo dari belakang rumah Azis, (pause) dan bekerja sama seluruh warga untuk membangun jembatan itu secepatnya.

L : 
(kembali ketempat kades) setuju, sekali, saya juga yakin semua warga setuju. Karena dengan saran terakhir itu, seluruh saran kalian diterima dan digabungkan menjadi satu. Kita mulai bekerja besok! Bagaimana, siap! (disambut sahutan “siap” dibelakang)

L : 
(kembali kedepan panggung, mengambil lampion, lampu dalam panggung kembali redup) saya masih cukup ingat sidang itu (pause, berjalan kembali meniti jembatan), esoknya, jembatan ini mulai dibangun dengan semangat kebrsamaan warga, walau sederhana, namun bisa membuat anak-anak desa bisa bersekolah. Hebat, jembatan yang hebat (pause,berjalan balik dijembatan, kembali kepanggung)

L :
(terhenti, ketika didepan panggung) sampai saat ini, setelah tiga tahun berlalu sidang itu, jembatan kami tidak pernah berubah, tetap sederhana. Dari bambu, yang gratis hanya 5 batang. Tentang proposal, (pause) saya ingat saya ikut mengantarkannya ke Kantor Kecamatan, kemudian bersama-sama ke Dinas PU. Tapi, kelanjutannya, (tertawa) saya tidak tahu dan tidak mau tahu (masuk kebalik layar)


Selesai


PERHATIAN!

Bila Anda akan mementaskan naskah ini mohon untuk menghubungi penulis naskah untuk sekedar pemberitahuan.
Penulis: Adhy Pratama
Email: adhypratama_ibra@yahoo.com
Facebook: https://www.facebook.com/adhyra.irianto

Monolog - BEFORE BREAKFAST : Eugene O’neill


 
SETTING – SEBUAH RUANGAN KECIL YANG BERFUNGSI SEBAGAI DAPUR DAN RUANG MAKAN DI SEBUAH APARTEMEN DI JALAN CHRISTOPHER, KOTA NEW YORK. DI BAGIAN KANAN BELAKANG ADA SEBUAH PINTU MENUJU LORONG. PADA BAGIAN KIRI DARI JALAN MENUJU PINTU ADA SEBUAH TEMPAT MENCUCI DAN KRAN AIR SERTA SEBUAH KOMPOR GAS DUA TUNGKU. DI ATAS KOMPOR GAS, DI BAGIAN KIRI ADA SEBUAH KLOSET DARI KAYU UNTUK CUCI PIRING, DLL. DI BAGIAN KIRI ADA DUA JENDELA UNTUK TEMPAT KELUAR ASAP DIMANA TERDAPAT BEBERAPA POT BUNGA YANG MATI KARENA TERABAIKAN. SEBELUM JENDELA-JENDELA TERDAPAT SEBUAH MEJA YANG DITUTUPI KAIN BERMINYAK. DUA KURSI DILETAKKAN DEKAT MEJA. DI BAGIAN KANAN DINDING AGAK KE BELAKANG ADA SEBUAH JALAN MENUJU PINTU KAMAR TIDUR. DI DEPANNYA, AGAK JAUH ADA BEBERAPA MACAM BAJU LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG BERBEDA TERGANTUNG DI TEMPAT GANTUNGAN BAJU. SEBUAH KAIN TIRAI MENJULUR DARI POJOK KIRI, KE BELAKANG SAMPAI KE BAGIAN KANAN DINDING.

INI SEKITAR JAM SETENGAH SEMBILAN PAGI, HARI YANG CERAH DI AWAL MUSIM GUGUR. MRS. ROWLAND MASUK DARI ARAH RUANG TIDUR, MENGUAP, TANGANNYA MASIH SIBUK MERAPIKAN RAMBUTNYA (BARU KELUAR DARI TOILET YANG ACAK-ACAKAN) DENGAN MENJEPITKAN JEPITAN RAMBUTNYA YANG BERANTAKAN. MRS. ROWLAND TINGGI SEDANG DAN BADANNYA LEMAH, DIKUATKAN LAGI DENGAN BAJU BIRUNYA YANG TIDAK FORMAL, JELEK DAN KUSAM. WAJAHNYA NYARIS TIDAK BERKARAKTER, DENGAN MATA YANG KECIL, BIASA, BIRU TIDAK TERGAMBARKAN. ADA EKSPRESI TERTEKAN DI MATA DAN HIDUNGNYA, DAN JUGA MULUTNYA YANG LEMAH DAN TERLUKA. DIA SEBENARNYA BERUMUR SEKITAR DUA PULUHAN TAHUN, TAPI KELIHATAN LEBIH TUA DARI UMURNYA.

DIA DATANG MENUJU TENGAH RUANGAN DAN MENGUAP, MELEBARKAN LENGANNYA. MATANYA MASIH MENGANTUK DAN SEPERTI ORANG YANG INGIN TIDUR PANJANG KARENA KURANG ISTIRAHAT. DIA MENUJU GANTUNGAN BAJU DAN MEMAKAI BAJU YANG TERGANTUNG DI BAGIAN KANAN, MENGIKAT TALINYA DI PINGGANG DENGAN JARI-JARINYA YANG TAK BEGITU INDAH. KEMUDIAN BERJALAN PELAN MENUJU KOMPOR GAS DAN MENYALAKAN SALAH SATU TUNGKUNYA. DIA MENGISI TEKO DENGAN AIR DARI KRAN DAN MELETAKKANNYA DI ATAS TUNGKU. KEMUDIAN DUDUK BERSELONJOR DI ATAS KURSI DEKAT MEJA DAN MELETAKKAN TANGANNYA DI ATAS KENING, SEPERTI SEDANG MENDERITA SAKIT KEPALA. TIBA-TIBA WAJAHNYA CERAH, SEPERTINYA TERINGAT SESUATU, MENATAP DENGAN TUJUAN KE ARAH PINTU KAMAR TIDUR DAN MENDENGARKAN SESUATU DENGAN ASYIK UNTUK BEBERAPA SAAT.

MRS. ROWLAND (DENGAN NADA RENDAH)

Alfred! Alfred

(TIDAK ADA JAWABAN DARI KAMAR SEBELAH DAN DIA MELANJUTKAN DENGAN SUARA LEBIH KERAS, BERFIKIR BAHWA ADA SESUATU YANG SALAH)

Kamu tidak usah pura-pura tidur.

(TIDAK ADA JAWABAN DARI KAMAR DAN UNTUK MEMASTIKAN DIA BERDIRI DARI KURSINYA DAN BERJALAN BERJINGKAT MENUJU TEMPAT CUCI PIRING. DIA BERJALAN PELAN MEMBUKA PINTU BUFET HATI-HATI DAN TIDAK INGIN MEMBUAT GADUH DAN BERGERAK DENGAN CEPAT, TIDAK INGIN TERLIHAT. DIA MENGAMBIL SEBOTOL MINUMAN DAN SEBUAH GELAS DI SEBUAH TEMPAT DALAM LEMARI DAN TERSEMBUNYI. MENUTUP BUFET DENGAN SEDIKIT SUARA BERISIK. DAN KEDENGARAN DIA MULAI KESAL, KELIHATAN MAU MEMBENTAK DENGAN SESEORANG DI KAMAR SEBELAH. SUARANYA BERGETAR MARAH) Alfred! (BERHENTI SEBENTAR, SELAMA MENUNGGU JAWABAN, DIA AMBIL GELAS DAN MENUANGKAN MINUMAN DENGAN PORSI BESAR DAN MENENGGAK MINUMANNYA: KEMUDIAN DENGAN CEPAT MENGEMBALIKAN BOTOL DAN GELASNYA KE TEMPAT SEMULA YANG TERSEMBUNYI. DIA MENUTUP PINTU KLOSET DENGAN HATI-HATI SEPERTI SAAT MEMBUKANYA. KEMUDIAN DENGAN BERAT DAN MENARIK NAFAS DALAM-DALAM, DIA DUDUK DI ATAS KURSINYA. DOSIS BESAR ALKOHOL TELAH MEMBUAT EFEK YANG CEPAT. WAJAHNYA BERUBAH MENJADI LEBIH HIDUP. DIA SEPERTI MENDAPAT TENAGA TAMBAHAN, DIA MENATAP PINTU RUANG TIDUR DENGAN TAJAM. SENYUMAN TERLUKA DI BIBIRNYA. MATANYA MELIHAT TAJAM KE RUANGAN TIDUR DAN TERTUJU PADA SEBUAH JAS LAKI-LAKI DAN ROMPI YANG TERGANTUNG DI GANTUNGAN BAJU SEBELAH KANAN. DIA BERJALAN MENGENDAP-ENDAP MENUJU PINTU YANG TERBUKA DAN BERDIRI DI SANA. MENGAMATI ORANG DI DALAMNYA, MENDENGARKAN SETIAP GERAKAN. MEMANGGIL DENGAN SETENGAH BERBISIK)

Alfred!

(KEMBALI TIDAK ADA JAWABAN. DENGAN GERAKAN YANG CEPAT DIA MENGAMBIL JAS DAN ROMPI LALU MEMBAWANYA KE KURSI. DIA DUDUK DAN MENGAMBIL BERBAGAI MACAM BENDA, DIKELUARKANNYA DARI SAKU, TAPI DENGAN CEPAT DIKEMBALIKAN LAGI KE SAKU. TERAKHIR, DI DALAM SAKU ROMPI, DIA MENEMUKAN SELEMBAR SURAT. MELIHAT PADA TULISAN TANGAN ITU – BERBICARA PELAN PADA DIRINYA SENDIRI).

Hmmm…! Aku tahu ini.

(DIA MEMBUKA SURAT ITU DAN MEMBACANYA. EKSPRESI AWAL BENCI, KECEWA DAN SANGAT MARAH, TAPI SETELAH SELESAI MEMBACANYA DIA BERUBAH MENJADI INGIN MENYAKITI DAN MERASA MENANG. DENGAN SURAT DI TANGANNYA, DIA BERFIKIR SEJENAK DENGAN SENYUMAN JAHAT DI BIBIRNYA. KEMUDIAN DIA MELETAKKAN LAGI SURAT ITU DI DALAM ROMPI DAN MASIH DENGAN HATI-HATI TIDAK INGIN MEMBANGUNKAN YANG TIDUR, MENGGANTUNGKAN KEMBALI BAJU-BAJU ITU DI GANTUNGAN YANG SAMA DAN PERGI KE RUANG TIDUR, MELIHAT DI DALAMNYA. DENGAN SUARA YANG KERAS DAN TAJAM).

Alfred!

(MASIH KERAS)

Alfred!

(ADA SUARA ORANG MENGUAP DAN MERINTIH DARI KAMAR SEBELAH)

Tidakkah kamu berfikir bahwa sekarang waktunya kamu bangun tidur? Apakah kamu ingin terus di atas ranjang seharian?

(BERKELILING/BERPUTAR SEBENTAR, KEMBALI KE KURSINYA)

Tidak diragukan lagi, kamu sekarang menjadi pemalas dan tidur terus.

(DIA DUDUK DAN MELIHAT JENDELA DENGAN ACUH)

Sebaiknya kamu tahu jam berapa ini? Kita bahkan tidak pernah membicarakan waktu sejak kau gadaikan jam tanganmu itu seperti orang bodoh. Benda berharga terakhir yang kita punya, dan kamu tahu itu? Tidak ada yang lain selain menggadaikan barang-barang hanya untuk menunda karena kamu tak mendapatkan pekerjaan. Semuanya untuk menghindari agar kamu tidak bekerja sebagai seorang laki-laki.

(DIA MENGETUK KAKINYA KE LANTAI DENGAN GUGUP, MENGGIGIT BIBIRNYA. SETELAH JEDA SEJENAK)

Alfred bangunlah, kau dengar aku? Aku mau merapikan tempat tidur sebelum aku pergi! Aku lelah, tempat ini terus berantakan karena perbuatanmu.

(DENGAN KEPUASAN INGIN MENYAKITI)

Kita tidak akan lama di sini, jika kau tidak mendapatkan uang di suatu tempat. Tuhan tahu, aku melakukan semuanya. Aku bahkan harus menjahit setiap hari, sementara kau bermain, keluyuran, keluar masuk bar dengan artis-artis dari lapangan itu.

(JEDA PENDEK SELAMA DIA MEMAINKAN CANGKIR DAN TATAKAN DI ATAS MEJA DENGAN GUGUP)

Dan kemana kamu untuk mendapatkan uang? Dan kamu cari uang kemana? Aku mau tahu! Batas pembayaran sewa rumah adalah minggu ini. Dan kamu tahu kan pemilik rumah ini? Dia tidak akan membiarkan kita tinggal semenitpun kalau kita belum bayar. Kamu bilang kamu tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Itu bohong, dan kamu tahu itu. Kamu tidak pernah mencari pekerjaan itu. Yang kamu bisa lakukan hanyalah berkeliling seharian, menulis puisi-puisi bodoh dan cerita-cerita yang orang-orang tidak mau membelinya. Aku beritahu kamu, bahwa aku bisa mendapatkan posisi pekerjaan seperti ini. Dan hanya inilah yang bisa menjaga kita dari kematian karena lapar.

(BANGUN DAN PERGI MENUJU KOMPOR GAS, MELIHAT KE DALAM TEKO, APAKAH AIR SUDAH MENDIDIH; KEMUDIAN KEMBALI DUDUK)

Hari ini kamu harus pergi cari uang di suatu tempat. Aku tidak bisa melakukan semuanya. Dan aku tidak mau melakuakn semua. Kamu harus mengerti itu. Kau bisa mengemis, meminjam atau mencuri di suatu tempat.

(DENGAN TERTAWA YANG DALAM)

Tapi dimana? Aku mau tahu! Kamu terlalu tampan untuk mengemis, kamu sudah meminjam melewati batas, dan kamu tidak punya keberanian untuk mencuri.

(JEDA SEBENTAR – MENJADI MARAH)

Tidakkah kau mau bangun untuk merayakan kebahagiaan? Kamu tertidur lagi? Atau pura-pura tidur?

(DIA PERGI KE PINTU KAMAR TIDUR DAN MELIHAT KE DALAM)

Oh, kamu sudah bangun, yah ini hanyalah soal waktu. Kamu tidak usah melihat aku seperti itu. Kamu tidak bisa membodohi aku lagi. Aku terlalu mengenal kamu dengan baik. Lebih baik dari apa yang kamu kira. Kamu dan pikiran-pikiran kamu itu.

(KEMBALI LAGI MEMBELAKANGI PINTU, PENUH ARTI)

Aku tahu banyak tentang semuanya, sayang. Lupakan apa yang aku tahu, sekarang. Aku akan menceritakan padamu sebelum aku pergi, kamu tidak perlu khawatir.

( DIA MENUJU KE TENGAH RUANGAN, BERDIRI DI SANA, EKSPRESI TIDAK SUKA. ACUH)

Hmm! Kadang aku berharap bisa mendapatkan sarapan pagi yang layak seperti ini, tidak apa-apa.

(BERTANYA)

Kapan kamu punya uang?

(DIA BERHENTI SEJENAK MENUNGGU JAWABAN DARI KAMAR SEBELAH YANG IDAK KUNJUNG ADA)

Pertanyaan bodoh!

(TERTAWA KASAR DAN PENDEK)

Aku ingin tahu kamu lebih baik dari saat ini. Ketika kamu pergi di malam yang buruk itu. Aku tahu apa yang akan terjadi. Kamu tak bisa dipercaya, bahkan untuk satu detik sekalipun. Bagus sekali kamu masih pulang ke rumah, pertengkaran yang kita alami hanya membuat kamu menjadi menjijikan. Apa gunanya kamu gadaikan jam tanganmu. Jika semua uang yang kamu punya terbuang percuma, hanya untuk membeli minuman-minuman itu.

(PERGI MENUJU KLOSET CUCI PIRNG, MENGAMBIL PIRING, CANGKIR DAN LAIN-LAIN. SAMBIL BERBICARA)

Cepatlah! Sarapan pagi hari ini tidak akan lama-lama, yang kita punya pagi ini hanya roti, mentega, dan kopi, dan kamu bahkan tak bisa menikmati semua ini, jika semua ini bukan dari hasil menjahit sampai jari-jariku terpotong.

(DIA MELEMPAR SEPOTONG ROTI KE ATAS MEJA DENGAN KASAR)



Rotinya sudah kering, aku harap kamu suka roti itu. Kamu tak berguna sama sekali, tapi aku tidak ada alasan kenapa aku harus menderita.

(PERGI KE ARAH KOMPOR)

Kopi akan siap sebentar lagi? Dan kamu jangan berharap aku akan menunggumu.

(TIBA-TIBA DENGAN SANGAT MARAH)

Apa yang sedang kamu lakukan saat ini?

(DIA PERGI MENUJU PINTU DAN MELIHAT KE DALAM)

Yah, kamu hampir siap dan menarik apapun yang terjadi. Aku harap bisa menemanimu lagi di tempat tidur. Ya, hanya kamu. Kamu kelihatan berantakan pagi ini, bercukurlah, untuk merayakan kebahagianmu. Kamu menjijikan tahu. Kamu kelihatan seperti gelandangan. Tidak heran tak ada yang akan memberimu pekerjaan. Aku tidak menyalahkan mereka. Kamu tidak pantas untuk disukai.

(DIA PERGI KE KOMPOR)

Ada sedikit air panas disini. Kamu tidak bisa dimaafkan.

(MENGAMBIL SEBUAH MANGKOK DAN MENUANGKAN AIR DARI TEKO KE DALAMNYA)

Ini….

(DIA LAKI-LAKI/ALFRED MENYELUPKAN TANGANYA KE DALAM MANGKOK. TANGAN YANG SENSITIF DENGAN JARI-JARI YANG RAMPING. JARI-JARINYA BERGETAR DAN AIR MENETES KE LANTAI. MEMBENTAK)

Lihat tanganmu yang kurus. Kamu sebaiknya berhenti minum. Kamu tidak bisa seperti itu terus. Itu akan menjadi minuman yang terakhir!

(MELIHAT KE LANTAI)

Lihat kekacauan yang kaMu buat di lantai ini – puntung rokok, abu berserakan di semua tempat. Kenapa kamu tidak menaruhnya di atas piring? Tidak, kamu tidak cukup bisa melakukan itu. Kamu tidak pernah memikirkan aku. Kamu tidak harus menyapu ruangan dan pedulikan semuanya.

(MENGAMBIL SAPU, DAN MENYAPU DENGAN KESETANAN, DEBU-DEBU BETERBANGAN. DARI DALAM KAMAR TERDENGAR SUARA PENCUKUR BERHENTI. SAMBIL MENYAPU).

Cepatlah! Sudah waktunya aku pergi. Jika aku telat, pasti kehilangan pekerjaanku, dan aku tidak bisa lagi membantumu lebih lama lagi.

(BERBICARA DENGAN KASAR)

Dan kalau sudah begitu, kamu harus pergi bekerja atau melakukan sesuatu yang pasi kamu tidak suka.

(MENYAPU BAWAH MEJA)

Yang aku mau tahu adalah apakah hari ini kamu mau mencari pekerjaan atau tidak? Kamu tahukan, keluargamu tidak akan membantu kita lagi. Mereka sudah cukup melakukan semuanya untukmu.

(SESUDAH BERHENTI MENYAPU SEBENTAR)

Aku menderita seumur hidupku. Sebenarnya aku mendapat ide yang bagus untuk pulang ke rumah, tapi aku tak ingin membiarkan mereka mengetahui kegagalan apa yang sudah kita lakukan. Kamu, anak laki-laki satu-satunya dari millioner Rowlands, lulusan Harvard, seorang penyair, sang penguasa kota. Huh!

(DENGAN PAHIT)

Mereka tidak akan menolak tindakanku sekarang, jika mereka tahu kebenarannya. Apa yang sudah terjadi dengan pernikahan kita? Aku mau tahu. Bahkan, sebelum ayahmu yang millioner itu meninggal, memberi semua orang di dunia ini uang, kamu tentu tidak akan pernah membuang-buang waktumu dengan istrimu. Aku mengira kamu berpikir aku seharusnya senang, kamu cukup dihormati, setelah menikah dan membuatku susah. Kamu permalukan aku dengan teman-teman baikmu itu, karena ayahku hanya seorang tukang sayur. Yah, itulah kamu. Tapi setidaknya dia jujur. Lebih dari apa yang orang bisa katakan tentang kamu.

(DIA TERUS MENYAPU MENUJU PINTU. MENYANDARKAN SAPUNYA SEBENTAR)

Kamu berharap, semua orang berpikir bahwa kamu telah dipaksa untuk menikahiku. Kasihan sekali kamu. Kamu tidak yakin untuk menyatakan padaku bahwa kamu cinta padaku, dan membuatku percaya dengan kebohonganmu, sebelum itu semua terjadi kan? Kamu membuatku berpikir, bahwa kamu tidak ingin ayahmu membeliku seperti yang dia coba untuk lakukan. Aku tahu lebih baik sekarang aku tidak hidup denganmu selama ini, tidak untuk sesuatupun.

(SEDIH, GELAP, DEPRESI)

Untungnya sesuatu yang buruk, miskin telah bangkit dari kematian. Dan apa yang sudah ayahmu lakukan?

(DIAM, BERPIKIR DALAM UNTUK SEBENTAR, KEMUDIAN MELANJUTKAN DENGAN PERASAAN SENANG YANG KUAT)

Tapi aku bukan satu-satunya orang yang harus berterima kasih padamu atas ketidakbahagiaan ini. Masih ada satu orang lagi, akhirnya…. Dan dia tidak bisa berharap untuk menikahimu sekarang.

(KEPALANYA MENENGOK KE KAMAR)

Bagaimana dengan Hellen?

(DIA MULAI BERBALIK DARI PINTU, SETENGAH TAKUT)

Jangan melihatku seperti itu! Yah, aku sudah membaca suratnya. Bagaimana dengan itu? Aku juga punya hak. Aku adalah istrimu. Dan aku harus tahu semua yang ingin aku ketahui. Jadi, jangan bohong. Kamu tidak perlu memandangku seperti itu. Kamu tidak bisa menakutiku dengan pandangan superiormu itu lebih lama lagi. Hanya karena aku kamu bisa pergi dengan sarapan pagi ini.

(DIA MELETAKKANSAPU DI POJOK BELAKANG – MENANGIS DAN MENJERIT)

Kamu tidak pernah berterima kasih atas apa yang sudah aku lakukan.

(DIA MENUJU KOMPOR DAN MELETAKKAN KOPI KE DALAM TEKO)

Kopinya sudah siap. Aku tidak akan menunggumu.

(DIA DUDUK DI KURSINYA LAGI. SETELAH BERHENTI SEJENAK, DIA MELETAKKAN TANGANNYA DI KEPALA – KHAWATIR)

Aku sangat pusing pagi ini. Ini memalukan. Aku harus pergi kerja di ruangan yang buruk dengan kondisiku yang berantakan sepanjang hari. Dan aku tidak akan seperti ini jika kau bisa menjadi setengah laki-laki, seharusnya aku bisa membaringkan punggungku di sampingmu. Kamu tahu, betapa sakitnya aku tahun-tahun terakhir ini, dan kamu tidak suka ketika aku meminta sedikit saja sesuatu untuk menjaga semangatku. Kamu bahkan tak ingin aku meminum tonik yang kudapat dari toko obat itu.

(DENGAN TERTAWA KERAS)

Aku tahu, kamu akan senang kalau aku mati dan keluar dari kehidupanmu, kemudian kamu bisa bebas berlari seharian dengan gadis-gadis bodoh yang berpikir kamu sangat agung dan hebat. Huh … sungguh orang-orang yang tidak dapat dimengerti…Helen dan yang lainnya itu…

(ADA TANGIS DAN TERIAKAN DERITA YANG TAJAM DARI KAMAR SEBELAH)

Disana! aku tahu kamu sudah memotong dirimu sendiri. Itu akan jadi pelajaran buatmu. Kamu tahu, tidak. Seharusnya kamu berlarian sepanjang malam dengan kekhawatiran yang bodoh.

(DIA PERGI KE PINTU DAN MELIHAT KE DALAM)

Apa yang membuatmu sungguh pucat? Untuk apa kamu melihat dirimu sendiri di cermin? Untuk merayakan kesenangan? Usaplah darah di wajahmu itu!

(DENGAN TAKUT TIDAK TERKONTROL)

Ini menjijikan.

(DENGAN NADA YANG AGAK TURUN)

Ya, itu lebih tidak pernah tahan kalau melihat darah.

(DIA KETAKUTAN KEMBALI DARI PINTU)

Lebih baik kamu hentikan dan pergilah ke tukang cukur. Tanganmu yang bergetar sangat mengkhawatirkan. Mengapa kamu lihat aku seperti itu?

(IA BERBALIK DARI PINTU)

Apakah kamu masih marah padaku tentang surat itu?

(KESAL)

Aku punya hak untuk membacanya. Aku istrimu kan?

(DIA MENUJU KURSI DAN DUDUK LAGI, DIAM SEJENAK)

Aku tahu semua waktumu yang kamu habiskan dengan seseorang. Kamu bilang, kamu habiskan waktumu di perpustakaan, aku tidak dapat kamu bodohi. Siapa sebenarnya Helen itu? Salah satu dari artis-artis itu? Atau apakah dia menulis puisi juga? Suratnya mengesankan demikian. Aku yakin dia menyatakan padamu hal-hal yang indah, dan kamu percaya padanya seperti orang bodoh. Apakah dia muda dan cantik? Aku juga muda dan cantik. Ketika kamu memberiku rayuan-rayuan, bahasamu yang puitis, tapi hidup denganmu akan segera membuat seseorang terpuruk. Seperti yang telah kualami.

(PERGI KE ARAH KOMPOR MENGAMBIL KOPI)

Sarapan pagi sudah siap.

(DENGAN MELIHAT SEKILAS)

Sarapan pagi!

(MENUANGKAN SECANGKIR KOPI UNTUK DIRINYA SENDIRI DAN MELETAKKAN TEKO DI ATAS MEJA)

Kopimu akan jadi dingin. Apa yang sedang kamu lakukan? Masih bercukur? Untuk merayakan kebahagiaan? Sebaiknya kamu hentikan itu, kalau tidak pagi ini kamu akan melukai dirimu sendiri.

(DIA MEMOTONG ROTI DAN MENGOLESI DENGAN MENTEGA SAMBIL BICARA DIA MAKAN DAN MINUM KOPINYA)

Aku harus berlari secepat aku makan pagi. Salah satu dari kita harus pergi kerja.

(MARAH)

Apakah kamu akan pergi mencari kerja hari ini? Atau tidak? Aku berpikir, beberapa orang dari temanmu, mestinya menolongmu. Jika mereka memang menganggap kamu sebagai temannya. Tapi aku kira mereka hanya suka mendengarmu berbicara.

(DUDUK DALAM DIAM UNTUK SEMENTARA)

Aku minta maaf soal si Helen ini, siapa pun dia. Tidakkah kamu punya perasaan pada orang lain? Apa yang akan dikatakan keluarganya? Aku tahu dia menyebut mereka di suratnya. Apa yang akan dia lakukan – punya anak? Atau pergi ke salah satu dokter itu? Aku harus katakan itu sangat bagus. Dimana dia bisa mendapatkan uang? Apakah dia kaya?

(DIA MENUNGGU BEBERAPA JAWABAN ATAS PERTANYAAN BERUNTUN INI)

Hmm! Kamu tidak akan mengatakan apapun tentang dia kan? Aku tak peduli! Coba pikirkan, aku tidak akan minta maaf padanya. Dia bukan lagi anak sekolahan, seperti aku. Ya, kelihatan dari suratnya. Apakah dia tahu kamu sudah menikah? Tentu saja. Dia harus tahu itu. Semua temanmu tahu tentang pernikahanmu yang tidak bahagia. Aku tahu mereka mengasihanimu, tapi mereka tidak tahu bagaimana posisiku. Kalau saja mereka tahu, mereka akan berkata beda.

(TERLALU SIBUK MAKAN LUPA PERGI)

Si Helen ini pasti orang baik-baik. Jika dia tahu kamu sudah menikah, apa yang kemudian dia harapkan, bahwa aku akan menceraikanmu? Dan membiarkan dia menikahimu? Apakah dia pikir aku cukup gila untuk itu? Sesudah apa yang telah kamu perbuat padaku. Aku kira tidak. Kamu tidak akan bisa bercerai denganku dan kamu tahu itu. Tidak ada seorang pun yang bilang bahwa aku sudah melakukan sesuatu yang salah.

(MINUM KOPI TERAKHIR DARI CANGKIRNYA)

Dia sebaiknya menderita, hanya itu saja yang bisa aku katakan. Aku akan katakan padamu apa yang aku pikirkan; aku pikir Helenmu itu tak lebih baik dari gelandangan biasa saja, itulah yang aku pikirkan.

(ADA SUARA TERIAKAN LUKA SEPERTI SESAK NAFAS DARI KAMAR SEBELAH)

Apakah kamu memotong dirimu lagi? Yang benar saja!

(BANGUN DAN MELEPASKAN PIYAMANYA)

Baiklah aku harus pergi sekarang.

(SINIS)

Inilah hidup yang bagus bagiku untuk menjadi seorang pemimpin! Aku tidak akan terus menunggui rotimu lebih lama lagi.

(SESUATU MENARIK INDERA PENDENGARANNYA DAN DIA BERHENTI UNTUK MENDENGAR DENGAN INTENS)

Ya, lagi-lagi kamu tumpahkan air ke semua tempat. Jangan bilang kamu tidak melakukan itu. Aku dengar tetesan air itu di lantai.

(EKSPRESI RAGU MUNCUL DI MUKANYA)

Alfred! Mengapa kamu tak menjawabku?

(DIA BERGERAK PELAN MENUJU KE KAMAR. ADA SUARA BERISIK DARI SEBUAH KURSI YANG HABIS DIPUTAR DAN SESUATU JATUH DENGAN KERAS DI LANTAI. DIA BERDIRI, BERGETAR DAN TAKUT)

Alfred! Alfred! Jawab aku! Apakah itu kamu yang berisik? Apakah kamu masih minum?

(TIDAK MAMPU BERDIRI LEBIH LAMA, DIA BERLARI BERGEGAS KE ARAH PINTU KAMAR)

Alfred!

(DIA BERDIRI DI LORONG, MELIHAT LANTAI DALAM KAMAR, BERGERAK CEPAT KETAKUTAN. DIA MENJKERIT DENGAN LIAR DAN BERLARI MENUJU PINTU YANG LAIN, MEMBUKA KUNCINYA DAN MEMBUKANYA DENGAN KUAT DAN BERLARI MENJERIT GILA MENUJU KELUAR)


(LAYAR TURUN)


BEFORE BREAKFAST Karya: Eugene O’neill
Diterjemahkan Oleh: Wiwit Anggraini, S.Pd
Pusat Studi Seni Pertunjukan Akar Rumput Indonesia

Monolog – PARADE TIKUS : Welly SK


ILMUWAN INI BERAMBUT PUTIH ACAK-ACAKAN DAN BERJENGGOT PUTIH PADAHAL USIANYA BARU 40 TAHUN DIA MENGENAKAN KOSTUM BAJU PUTIH PANJANG,CELANA PUTIH PANJANG DAN KACA MATA BESAR, ILMUAN INI SEDANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TENTANG TIKUS. RUANGAN TERSEBUT DIPENUHI ALAT-ALAT EKSPERIMEN PENELITIAN DAN BENDA-BENDA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENELITIAN DARI MULAI TENGKORAK MANUSIA, TIKUS, TABUNG-TABUNG UNTUK MENCAPUR CAIRAN DAN SEJUMLAH PERALATAN DAN BAHAN UJI COBA LAINYA. MUSIK MENGIRINGI, MEMBERIKAN IRINGAN MUSIK DENGAN SUASANA UJI COBA DI LABORATORIUM, ILMUAN BERJALAN DENGAN MEMBAWA TIKUS PUTIH, ILMUAN MEMBAWA TIKUS TERSEBUT DENGAN MEMEGANG EKORNYA KEMUDIAN MEMASUKAN TIKUS TERSEBUT DISEBUAH KERANGKENG KECIL KEMUDIAN KELUAR PANGGUNG LALU MASUK KEMBALI SAMBIL MEMBAWA TIKUS YANG BERWARNA HITAM YANG SUDAH ADA DIDALAM KERANGKENG KECIL, MEGAMBIL SUNTIKAN DI KOTAK DIBAWAH MEJA DAN BERSIAP MENGAMBIL CONTOH DARAH DARI MASING-MASING TIKUS TERSEBUT. LALU MENGAMBIL DUA TABUNG UNTUK TEMPAT CONTOH DARAH DARI TIKUS HITAM KEPALA BOTAK DA TIKUS PUTIH.

MENCAMPUR DARAH DARI TIKUS MERAH DAN TIKUS PUTIH

Kenapa warnanya masih tetap merah…..

JENGKEL

Aduh…..apa memang tikus hitam dan tikus putih ini memiliki persaman warna darah atau memang warna darah mereka jika dicampurkan memang akan memililki warna yang tetap.dasar tikus! Aduh….

MERASA SANGAT CAPEK

Sebenarnya saya ini mengantuk sekali tapi aku tidak mau tergesa-gesa tidur,sebab akan menyababkan kepalaku jadi botak,ah….apa aku keliru mencampur cairan ini dengan darah tikus CAPEK ah….lebih baik saya duduk dulu

SEMBARI BERFIKIR UNTUK MENCARI IDE. SADAR

Ngomong-ngomong soal tikus? tikus adalah hewan yang paling hebat didunia ini. Ya! Tikus sekarang hebat tidak hanya rumah orang kaya yang digerogoti namun rumah reot juga tidak ketinggalan untuk digerogoti dan itu tidak hanya rumahnya saja bisa jadi penghuni rumah itu pun akan digerogotinya. Tikus sekarang sudah modern dan menyebar dimana-mana! digot, di jalanan, dirumah, di kantor-kantor dan dimana saja! tikus sekarang sudah merakyat

MEROKOK

Kemarin saja waktu saya tertidur dengan nyenyak tiba-tiba saya terkagetkan karena jari jempol saya digerogoti tikus hitam kepala botak, awalnya saya tida tahu apa yang menggelitik kaki saya tapi lama kelamaan ketika saya rasakan ternyata itu adalah tikus, dengan bergegas saya menyebet tikus tersebut dengan slimut saya, nampaknya tikus botak itu ketakutan, sering saya dipermainkan dia, suatu sore saya mendapatkan makanan dari tetangga kemudian saya letakkan makanan itu diatas meja, karena perut saya terasa belum lapar jadi sembari saya menunggu lapar saya, saya melamunkan ketika masa-masa mudaku dulu ketika saya menjadi aktivis kampus, saya demo ke gedug DPR MPR agar orang-orang miskin dinegri kita ini diperhatikan. Ya! Betapa hebatnya saya dulu dan betapa tidak pedulinya mereka dengan saya! dasar asu! Eh..eh…eh! kok tambah jadi tidak karuan omongan saya, sekarang yang salah tikusnya, apa pejabatnya. oh ya saya lupa kembali pada persoalan melamun, ya…pada waktu saya melamun itu tikus hitam kepala botak itu mengambil jatah makan saya padahal saya ini sudah tidak punya makanan untuk dimakan kalau tidak dikasih ya…saya biasaya buat mie instan atau kalau saya beli hamburger atar pizza yang engandung racun itu….lumrahlah, biasa perjaka tua.

MUSIK MULAI TEGANG

Persolan tikus adalah persoalan yang sulit-sulit mudah masalahnya saya sudah berkali-kali mencoba utuk meracuni tikus kepala botak itu dengan racun tikus yang saya dapatkan dari refrensi yang saya cari sehingga saya segera mencari racun tikus dan saya juga mencari gambar-gambar tentang tikus-tikus masa kini yang sulit sekali di racuni walaupun dengan racun yang hebat sekalipun.

MEMPERLIHATKAN GAMBAR BERUKURAN BESAR DARI BERBAGAI MACAM JENIS TIKUS. MEMBUKA LEMBAR PERTAMA

Mari…..saya tujukkan gambar tikus-tikus yag sulit dimusnahkan,lha…..inilah, gambar anak-anak berseragam dari SD sampai SMA. ini adalah benih-benih tikus yang nantiya akan menjadi generasi penerus tikus-tikus yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memiliki gerak yang tepat saat mengambil jatah.

MEMBUKA LEMBAR KEDUA GAMBAR GURU YANG BERWAJAH TIKUS.

Ini dia tikus yang paling hebat tikus yang ramah, bergerak palan-pelan tapi tepat sasaran biasanya tikus ini tinggal disekolah-sekolah.

LEMBAR KETIGA GAMBAR ORANG BERDASI MEMBAWA BENDERA MERAH PUTIH. TERTAWA

Ha….ha….ha…..inilah tikus yang luar biasa yang cinta tanah air dan suka berjanji kepada orang-orang kecil akan mensejahtarahkannya hebat bukan, lihat saja dasinya dan lihat saja bendera yang dibawahnya bukankah itu sosok tikus yang cinta pada bangsanya.

Sebentar saya ambil sampel darah saya dulu kemudian saya samakan apakah ada persamaan antara darah manusia dengan tikus

MENGAMBIL SUNTIKAN KEMUDIAN MENYUNTIKAN KE TANGANNYA. MERASA KESAKITAN KETIKA MEMASUKAN JARUM SUNTIK TANGANYA.

Ah..! ha….! Ini dia contoh darahnya mari kita lihat apakah darah manusia dan darah tikus memiliki persamaan,

DILIHAT DI MICROSCOPE

Ternyata warna dari darah tikus dan manusia sama, tapi ada yang tidak sama yaitu sel dan kuman yang ada dalam kandugan darah tersebut yang berbeda.

MUNCUL IDE

Bagaimana jika darah tikus ini saya campurkan kemudia saya minum akan menimbulkan reaksi apa.

SELANG BEBERAPA MENIT

belum ada perubahan dan belum ada reaksi yang signifikan. Tidak ada yang aneh.

TERTAWA

Ha……ha………ha…….dunia ini memang aneh, dunia ini penuh tikus sekarang.

TERSADAR

Sebentar….sebentar….sebentar apa saya juga terlihat seperti tikus atau terlihat seperti apa? Heh! He! Jawab pertanyaan saya, saya terlihat seperti apa? Tikuskah, manusiakah atau manusia tikus?

MUSIK SEMAKIN TEGANG.ILMUAN BERJALAN MENUJU CERMIN

Tidak saya tidak mirip seperti tikus, saya telihat biasa-biasa saja tapi saya takut orang-orang melihat saya sepert tikus karena saya pernah makan makanan sisa makanan tikus.

BERJALAN KETEGAH PANGGUNG DENGAN MEMBAWA CERMI TERSEBUT

Tidak! Tidak ada reaksi apa-apa

TIBA-TIBA DIA MERASA TUBUHNYA PANAS DIA MELEMPAR CERMIN TERSEBUT

Kenapa tubuhku tiba-tiba menjadi panas seperti ini

BERLARI MENUJU MEJA BERLAKU LAYAKNYA TIKUS MEMAKAN ROTI DIATAS MEJA TERSEBUT DENGAN PENGECAPAN SEPERTI TIKUS

he……lihatlah saya punya cara baru untuk makan roti dan rasanya sangat nikmat sekali betapa tidak rasa manis dan rasa lezatnya membuat saya tertarik dengan roti ini

KEMUDIAN MELEPAS BAJUNYA DA MENCABIK-CABIK BAJU TERSEBUT DENGAN GIGI DAN TANGANYA SAMPAI GULUNG-GULUNG DILANTAI

He……apakah ini dunia tikus

SAAT MENCABIK-CABIK DIA MENEMUKAN LEMBARAN UANG DISAKU BAJU TERSEBUT

Huh……………….kenapa bau uang ini menarikku untuk mengendus dan memakanya

MENGENDUS-ENDUS KEMUDIAN MENCABIK-CABIK DENGAN MULUTNYA

Ha………………! rasanya nikmat sekali apakah kalian mau he! Ayo siapa yang mau, kenapa kalian diam saja heh! Apa kalian tidak mau uang

TERTAWA

Ha…..ha……..ha…..saya sangat suka sekali dengan uang bagaimana caranya akan saya dapatkan uang tersebut

BERLARI MENUJU GAMBAR DI BELAKANG TENGAH PANGGUNG, MENYOBEK SATU GAMBAR ORANG BERDASI. TERTAWA

Ha…….ha………………..ha……..lihatlah gambar ini! Mungkin ini juga korban dari pengaruh tikus apa kalian tdak ingin menjadi seperti dia? Bagaimana apakah ada yang mau? Karena menjadi seperti ini dia menjadi pejabat besar dan terkenal apa tidak ada yang tertarik kalau ada silahkan maju kedepan.

MUSIK MENGALUN SENDU. SADAR

Sebentar! apa saya sudah benar-benar menjadi tikus, apa hanya dengan pengaruh seperti itu saya mejadi tikus, apa memang tikus adalah sesuatu yang dapat memberikan pengaruh yang sangat hebat bagi manusia, tolong saya, tolong saya, saya tidak ingin menjadi tikus karena saya nanti akan menjadi rakus tolong saya tolong saya, tolog saya……………………………

TUBUH MENGGELIAT LALU KEMUDIAN TERSUNGKUR, BEBERAPA MENIT TERDIAM KEMUDIAN BERGERAK LAYAKNYA TIKUS. DIA MENGEDUS-ENDUS BERJALAN M,ENGINTAI KEMUDAN BERLARI CEPAT KEMUDIAN


BLACK OUT……



Welly SK lahir di Lamongan, 25 Maret 1988. Alamat: Jl. Putri Gladi, Sukodadi, No. 01 RT.01 RW. 08 Kecamatan Sukodadi, Lamongan. No. hand phone: 085649901417 No. Rekening. BNI Cabang Gresik: 0147675308. Dia adalah Alumni Madrasah Aliyah tahun 2007. Aktif menulis sejak SMA karya tulis yang pernah dibuatnya adalah Puisi dan Drama. Selain itu juga dia aktif sebagai pelatih Teater di TEATER SEMAR COM SMK 4 Surabaya, Pelopor berdirinya sekaligus Sekjen PANTOMIME STUDIO di Surabaya. Pengurus TEATER LATA (Babat, Lamongan), Pengurus TEATER SENDRATASIK ( Jurusan Sendratasik, FBS, Universitas Negeri Surabaya) dan sekarang masih berstatus Mahasiswa di Jurusan Sendratasik (Drama) FBS, UNESA.

Monolog - NASIB JADI BABU : Zohry Junedi


(masuk panggung berjalan santai dengan kacamata berdandan norak, sambil membawa beberapa tas besar, seperti telah berjalan jauh... melambai2kan tangan ala puteri Indonesia)

Huahahahaaa....

(kemudian meletakkan tas, sambil berbicara ia Trus langsung mengeluarkan alat make up, berdandan tambah menor)


Haduh nih make up luntur teyus, mang susah ya jadi orang klo terlanjur cuantik kyak akyu,huahaa...

(pemusik: Gubrakk!! Dari Hongkong cantik neng, wkwkwkw)

(pelan2 kemudian nada bicaranya mendadak cengeng)

Yee sirik aja yeee, aku sudah berjalan jauh, aku tidak punya tempat tinggal, sanak saudara sudah tidak ada lagi, dan meski wajahku terlihat tenang tapi sebenarnya aku kesepian , klo malam hanya dingin jadi persinggahan, dibawah malam aku tidur bersama rembulan sesekali meneteskan butir2 embun yang tak tertahankan, entahlah apa ini takdir Tuhan, hiks...hiks....

(pemusik: ikut meramekan tangisan, kemudian mendadak buyar rame2 mentertawakan MAMPUS wkwkwkw....!!!!)

(kemudian tersadar dan menghapuskan air mata)

Klo begini terus aku mau makan apa ya toh, mau makan batu atau makan tai.... aku harus kerja donk, kerja apa aja aku bisa kok, jadi penyanyi owkeh

(pemusik: mengiringi lagu Issabela)

Mau jadi apa lagi, jadi akuntan, walau begini aku hampir lulus jadi sarjana Ekonomi, 10 tahun lho aku kuliahh, dan akhirnya terselesaikan juga meski dgn sangat terpaksa, huahuaaahaa..... 
Asal jangan jadi PNS saja bung, aku ga mampu.... lho la iyalah gimana mau bisa jadi PNS lho makan aja aku susah dari mana aku dapat uang ratusan juta coba, bullshit!!! potongGggggg.... klo ada tes CPNS yang ga pake ini atau pake ini,hehehe....

Bicara tentang pekerjaan, aku teringat waktu jadi babu di negeri jiran, sial nasibku, aku terpaksa aborsikan kandunganku dengan lelaki yang tak bertanggung jawab, kemudian lari, usai meniduriku, lalu aku diusir oleh orang tuaku karena aku dianggap telah menjadi aib bagi keluarga, aku tak tau harus kemana....

(lalu mengeluarkan sirih, sambil makan sirih...)

Akhirnya aku jadi TKI, jadi babu dinegeri orang, uangku habis dengan berbagai macam birokrasi yang begitu berbelit-belit, entahlah mau jadi babu aja susah setengah mati kayak jadi mau presiden saja, pake inilah pake itulah.... ukur beha lah, ukur anulah.... wuahhhhhhh!!
Birokrasi yang begitu panjang lebar yang entah bwt apa, dalam hati aku berbisik masih ada juga penjahat perang yang tega menilap uang rakyat kecil yang hanya punya cita2 Cuma jadi babu doang.... huhuuu

Dan finally, aku sampai juga dinegeri tak bertuan negeri jiran malaysia, aku ditempatkan dirumah orang yang kaya raya... mereka adalah keluarga Ipin Upin, wuahhaa....

(Pemusik: ha... betul betull betull....)

ketika pertama kali datang, aku disambut dengan hangat, dalam khayalanku, Ahhh aku bisa mengumpulkan banyak uang dengan hanya Cuma jadi babu, bayangkan sebulan gaji bersihnya 2 jeti, ampir sama dengan gaji PNS klo diIndonesia, wkwkwkw...
Mulai hari pertama aku bekerja dengan sebaik2nya, membersihkan kaca meja, kaca tivi, menyapu halaman , trus mencuci piring, mencuci baju dan memasak nasi... jangan sampai mengecewakan tuanku, ha betul betul betull...
Tapi beberapa hari menjelang seminggu tingkah laku tuanku berubah 180 derajat, ia mendadak buas, disaat aku sedang membersihkan kaca meja seperti biasanya, tiba2 saja mereka menendangku, auhhhhh aku terjatuhhh.....
Tapi aku diam saja, karena kupikir mungkin tanpa sengaja melakukan kesalahan, di pagi harinya kelakuan mereka semakin menjadi, saat aku sedang memanaskan air tiba2 saja nyonya tuan rumah menyiramku dengan air yang baru mendidih ituh, byuRRrrrr..... aku basah kuyuPp wuaaahhh panaSss panasSS.... Kupikir kulitku bakal melepuh tapi untunglah hanya memerah saja...

Hiks...hiksss.... belum puas nyonya menyiksaku, disaat aku sedang menggosok pakaian dengan hikmatnya sambil mengoyang2kan pinggul bahenolku, mendadak nyonya datang dan memukulku, dan langsung menggosok punggung hampir separoh mulusku.... akhhhhh, atiTttttt.....

Dan Malam itu dalam kamar aku menangis sepuas2nya, aku telah putus asa, aku ingin pulang, hampir setahun aku kerja disini tapi lum mendapatkan gaji sepeserpun meleset dengan khayalku waktu pertama kali datang, gaji tak dapat malah penyiksaan yang kudapat...
Malam itu juga aku berniat melarikan diri, tapi malangnya nasibku... tiba2 tuan datang kekamarku, aku heran kenapa dia datang sambil mengendap2, pasti dia punya maksud jahat.... ternyata benar pelan2 tangannya mulai menyentuh wajahku, aku berusaha menolaknya.... jangan tuan kataku nanti ada nyonya!! Dia cepat membantah nyonya sudah tidur... tangannya semakin buas kali ini jemari nakalnya mulai piknik ke bagian yang tak musti kusebutkan, hehehe.... aku semakin keras memberontak jangan tuan, jangan.... nanti ada nyonya, aku mau tidur tuan.... tapi genggamnya semakin kencang ke pinggangku, dia mencekik leherku kemudian aku terbaring, aku tak kuasa aku tak berdaya.... pelan2 dia mulai menguraikan bajuku satu2, ouhhh sudahlah tuan .... dia semakin buas, terlanjur malam itu aku jadi Bonekanya, dia puaskan nafsu setannya... hiks..hiksss... aku telah ternoda, hiks... hiksss.....
Bukan sekali dua kali hampir sebulan 3x aku terus jadi pelayan nafsunya, tapi kali itu aku sudah tidak tahan lagi , aku khilaf, aku nekat....

Malam itu hujan gerimis jadi pasti asyik sekali klo mau bikin anak,heee... seperti biasa tepat pukul 2dini hari, tuan datang mengendap2 kekamarku, dan tanggannya mulai menggerayangi tubuhku, akhhhh.... aku hampir terlena, aku telah berusaha bilang padanya jangan tuan... jangan tuan... dosa... dosa... jangan tuan, capek tuan... capek.... tapi dia terus memaksa, aku terlentang tapi terus coba melawan, akhirnya ditengah keputusasaan, kutancapkan pisau yang telah kupersiapkan dibawah bantal tepat ke dadanya, berulang2 ulang hingga darah bersimbah kemana2....
Huahahaaaa.....

Aku telah membunuh teriakku, seketika rumah itu jadi ramai ditengah hujan yang sepi.... aku lantas dijebloskan di penjara Malingsia, berharap dapat terbebas dan diproses di pengadilan indonesia tapi perkiraanku kembali meleset, aku dipenjara aku dicambuk dan disiksa dan tak ayal aku diperkosa..... entah berapa lama, akhirnya dengan berbagai macam birokrasi tai kucing aku baru dipulangkan ke tanah air, dengan muka tak tentu dan harga diri yang telah hilang.... pikirku Indonesia tanah airku memang sengaja menyiksaku, di Indonesia pikirku aku pasti dihukum mati, tapi kembali meleset aku malah dibebaskan.... hikss... hikssss.....

Dan sekarang dari pada aku tidak makan lebih baik aku jadi kupu2 malam2, dapat uang juga dapat kepuasan, huahahaa....

pemusik: bunyikan alarm tanda ada Satpol PP datang....!!!!

(berlari.....)


Bengkulu, 3 Oktober 2009
Zohry Junedi

Mementaskan naskah ini harap menghubungi penulis untuk sekedar pemberitahuan.
Penulis: Zohry Junedi
Facebook: http://www.facebook.com/profile.php?id=1704112218
HP: 081229091987

Monolog - PARA-PARA PELAYAT : Bina Margantara


TEMARAM MERAH YANG MENCEKAM DI ATAS PANGGUNG. BATU NISAN BERSERAKAN DI MANA-MANA, SAMPAI KE ATAS MEJA. SEORANG TUA SEDANG SIBUK MENATA RUANGAN AGAR KELIHATAN SEDIKIT RAPI. KEMUDIAN MENGAMBIL SAPU LIDI, MENYAPU LAYAKNYA TUGAS PEMAKAMAN.

BACKROUND SILUET YANG MEMPERTONTONKAN ORANG-ORANG MENGERANG (TERLEPAS DARI LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN) SALING CEKIK, SALING PUKUL, SALING TENDANG, SAMPAI SALING BUNUH.

ORANG TUA ITU TIDAK BERGEMING

DIA MEMBETULKAN LETAK PHOTO-PHOTO ( PHOTO ORANG-ORANG YANG TAK DIKENALNYA). DIA MELIRIK KE KANAN PANGGUNG, MELIHAT KERANDA YANG KOSONG, LALU TERSENYUM DAN AKHIRNYA TERTAWA KERAS.

DIA MENGAMBIL KORAN, DUDUK DI MEJA SAMBIL MEMBACA.

Berita hari ini : headline-nya “KORBAN MUTILASI ITU BERNAMA BUNGA”
Hmmm, Bunga kenanga harum sepanjang malam, atau Bunga bangsa. Teramat ngeri!

Apa yang harus kuperbuat?

Wah,sepertinya aku harus bergegas ke warung Mpok Sumirah, menanyakan apa artinya nama Bunga itu? Mungkin akan ada banyak jawaban dari pelanggan kopinya, dengan mengalihkan sedikit cerita (DIA TERTAWA) agar deretan hutangku agak dilupakan oleh Mpok Sumirah, walau mendamaikan ceracaunya sekedar hari ini, jadilah.

Astaga, aku lupa. Hari ini aku harus membayar juga hutang kepada Pak Pandu, tapi aku mampir dulu ke warung kopi, setelah itu baru aku ke rumah Pak Pandu, minimal memberi tahu kalau aku belum punya uang hari ini, sekaligus memohon memperpanjang tempo hutang. Seperti biasa Pak Pandu.

SESAMPAI DI WARUNG KOPI, NAFASNYA MASIH TERENGAH-ENGAH, LANGSUNG MENARIK PERHATIAN PENGUNJUNG LAINNYA.

Lha… kok bukan pelanggan yang lama Mpok Sumirah? Aku tak mengenal wajah-wajah dari mereka, tak satu pun. Apa hal rupanya?
Sekilas aku melihat wajah Mpok Sumirah dengan bibirnya yang sungging. Lalu berkata:

Begitulah adanya Mukar, mereka datang dan pergi! Yang datang saya sambut,toh untung buat saya, yang pergi saya persilakan. Begitu juga hidup, aku kira Kar.

Oooh,tapi hari ini ada sedikit kerikil kecil dalam pikiranku Mpok, tentang berita dalam Koran hari ini. Korban mutilasi, dengan nama Bunga. Tapi tak ada keterangan Bunga jenis apa, itu terus membuatku bertanya hari ini setelah membaca Koran tersebut.

Koran apa?

Ah, itu yang tidak aku perhatikan. Apa itu penting? Aku rasa tidak, karena semua berita itu sama, intinya : MEMBERITAKAN.

Tidak ada yang menarik, aku lebih baik sibuk dengan jualan kopi, dapat duit, melayani orang, yaa sekedar itu. Daripada sibuk dengan yang tidak terlalu penting, seperti yang kau sebutkan tadi. Apakah kau telah berkunjung ke pemakaman Pak Pandu (MUKAR KAGET, WAJAHNYA MEMUCAT) yang tinggal di ujung simpang jalan ini, aku rasa semua orang tahu siapa dia, kau pun juga pasti tahu. Mana tahu kau dapat makan gratis di sana (DIA PUN TERTAWA).
Mau Bunga, bangkai, pohon cemara, meja, kursi atau apalah namanya si korban, aku tak pernah peduli Mukar.

Tunggu dulu, Pak Pandu meninggal? (DIA BERTERIAK, SEOLAH TAK PERCAYA)

Ya!

Pasti, sudah kubayangkan, Mpok tidak pernah peduli. Bagaimana pun keadaan di sekitar, kecuali pikopikopi. Tapi Mpok, aku tadinya ingin menanyakan kepada pelanggan kopi Mpok yang aku kenal, tapi ya sudahlah, sekarang aku tak menemukan jawaban kiranya. Baiknya aku pergi bergegas ke rumah almarhum Pak Pandu.
Mana tahu di sana aku menemukan misteri Bunga korban mutilasi.

MUKAR BERGEGAS KE LUAR PANGGUNG.

PANGGUNG AGAK GELAP, DIISI MUSIK YANG SANGAT MENCEKAM, SILUET KEMBALI KELIHATAN SEPERTI SEBERMULA AGAK BEBERAPA MENIT.

MUKAR MASUK PANGGUNG DENGAN WAJAH AGAK LAYU.

Sungguh heran, sungguh heran, aneh, tak adil.
Tak ada yang tahu siapa Bunga di sana.

Pak Pandu, ya, Pak P-A-N-D-U. Punya rumah seperti istana, istri cantik, uang yang tak terbilang, kabarnya juga ketiga anaknya belajar di luar negeri (SAMBIL BERBISIK : Mungkin dia tidak terlalu percaya pendidikan dalam negeri ini, sama tahulah), coba bayangkan, punya teman bisnis dan relasi yang banyak, sama seperti dia juga. Lengkap sekali hidupnya, aku pun iri, mungkin seratus tahun lagi aku bisa seperti itu.

DIA MENGAMBIL SAPU, DAN MELAKUKAN KEWAJIBANNYA SEBAGAI PENJAGA KUBURAN.

Nantinya Pak Pandu dimakamkan di sini (MENUNJUKKAN TANAH YANG KOSONG). Aku akan membersihkan kuburannya setiap hari, tak kubiarkan sehelai daun mati mengotori kuburannya nanti, apalagi tumbuh rumput liar. Aku akan mempercantik makamnya dengan cat terbaik, mungkin dengan ini aku bisa membalas budinya.hutangku masih belum dibayar.

DIA DUDUK DI SALAH SATU KUBURAN, DENGAN PIKIRAN YANG JAUH

Dahulu, orang pertama yang aku kenal saat datang ke kompleks ini, Pak Pandulah orang pertama yang aku kenal. Roman wajah yang berwibawa, baik, terlalu banyak aku berhutang budi kepada beliau. Seperti yang aku katakan tadi, aku heran sekali, tak ada siapa pun yang datang ke rumah beliau di hari kematiannya hari ini. Yang ada hanya dua orang pembantunya, bertiga serta aku yang hadir. Di mana istrinya, karib kerabat, teman bisnis, tetangga, anak-anaknya, klien-kliennya, atau mungkin istri simpanannya, oh aku tidak boleh bilang kalau Pak Pandu punya istri simpanan (SAMBIL MENUTUP MULUTNYA, SAMBIL BERJALAN MEMUTAR), tapi ke mana mereka?

Pembantunya tadi sambil terisak menghampiriku,

Pak Mukar, semua orang yang Pak Pandu kenal sudah saya beri tahu. Tapi semuanya hanya bilang “ya,ya,ya…ooh” Tapi, sampai saat ini aku tak menemukan batang hidung mereka Pak Mukar. Nyonya hanya bilang “tolong urus semua urusan pemakamannya Tukimin, aku akan kembali satu minggu lagi, ada meeting di Hawaii yang mesti diselesaikan, tolong yah?”
Dia juga mentransfer 50.000.000 ke rekening saya, agar saya bisa urus biaya pemakaman ini. Beda sekali dengan hari pernikahan anak pertamanya Pak Mukar, si Puteri Bulan. Semua ada, makanan, parkiran disediakan, sampai pengemis yang lewat pin diundang. Aku piker, kebahagian memang selalu dibagi, tapi kesedihan adalah milik sendiri.

Tidak, tidak…

Saya tidak boleh berpikiran seperti itu! Maafkan saya Tuan Mukar (DIA MEMOHON).

Terus terang, aku kaget mendengar cerita si Tukimin. Banyak hal yang dilakukan Pak Pandu membantu orang lain, kenapa mereka semua membalas seperti ini,untuk sekedar hadir melihat wajahnya terakhir tak mau, dingin, sampai istrinya bisa berbicara seperti itu. Apa salah Pak Pandu sebenarnya? Bagiku tak ada. Aku tak mengerti dengan semua ini. Yaa Allah, apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin juga aku yang salah menilai.

Lebih baik seperti Bunga saja Pak Pandu, mereka tak tahu siapa dia, aku pun begitu. Tapi semua orang ribut, semua orang peduli, photonya ada di mana-mana, semua orang menangis, haru, sedih, atau apalah namanya untuk mengekspresikan simpati dan empati. Banyak yang datang ke pemakamannya. Yang kutahu, dia hanya seorang koruptor, korban penganiayaan, KORBAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA mereka bilang, dibunuh oleh beberapa orang gembel kelaparan, dan mayatnya ditemukan dalam mobil mewah. Tapi setiap orang sebermula dari lahir, punya hak asasi. Kau pun juga begitu Pak Pandu. Aku bingung, kau seharusnya sejajar juga dengan Bunga, layak juga kau mendapat empati. Apakah zaman sudah gila, edan? Mungkin juga ya. Keadilan hanya bisa dikoar-koarkan, simpati hanya bunga bicara. Semuanya demi kepentingan, sampai kematian seseorang pun diperjualbelikan di balik wajah mereka yang bertopeng itu. Munafik. Aku rasa, dibunuhnya Bunga itu wajar. Jikalau hukum hanya bisa bungkam, sudah jelas-jelas dia bersalah, didukung bukti yang valid, selalu diundur penangkapannya, selalu ada saja penyakit yang kambuh ketika akan mau disidang.

Semasa hidupnya, ia juga membunuh petani, gembel-gembel, rakyat kecil, bayi-bayi yang butuh asupan gizi, wajar dia mengakhiri hidupnya seperti itu. Tapi mengapa semua orang peduli atas kematiannya, hah? Begitulah keadaan sekarang, semua kabur, hitam-putih sudah tak jelas, abu-abu. Bangsaaaaaaat.Keparaaaat!

Beda Bunga, beda lagi Pak Pandu… Trus, bagaimana nasib aku besok? Nasib kita masing-masing tak ada yang tahu.

Seberapa banyak orang datang di hari pemakamanku nanti, aku tak banyak berbuat, tak ada budi yang berbekas, aku bukan orang terkenal, tak ada yang tahu siapa aku, hanya berkawan orang-orang mati di sini (MENUNJUK KE SEMUA MAKAM).

DIA MENANGIS

Jujur, jauh dalam hati, aku ingin juga dilihat rami-rami oleh karib kerabat, handai tolan, teman, atau siapa pun itu yang aku kenal di hari pemakamanku besok. Ada yang menangis, ada yang simpati, ada yang mengenang semua memori bersamaku. Saat pemakaman nanti. Tapi aku sudah tahu bagaimana esok, selagi aku hidup, tak ada yang peduli. Mungkin saja nanti, anjing lebih ditangisi kematiannya daripada aku.

PANGGUNG PERLAHAN GELAP



PEMENTASAN SELESAI


NOVEMBER-DESEMBER 2011
(PADANG-MUARA BUNGO)

Monolog – MEREKA : Yusuf Kurniawan


 
PANGGUNG SEPI,SURAM,KACAU,TAPI TERLIHAT BERANTAKAN.
KEMUDIAN CAHAYA SAMAR MENYOROT SAMPAH SAMPAH YANG ADA DIRUANGAN.
SUARA-SUARA BINATANG MALAM MENEMANI SEPI DAN SURAMNYA MALAM,DAN JUGA ALUNAN-ALUNAN MUSIK YANG SEAKAN MENGIRINGI KEMATIAN SESUATU YANG TERHORMAT.

(dari kejauhan)
hei,hei !!! jangan,jangan !!!

Ini sudah tidak ada isinya lagi ! masih saja kau ingin merebutnya….
Dasar makhluk miskin!! Aku yang seperti ini,masih saja di incarnya.
Padahal yang saya lihat,mereka lebih kaya dari saya.
Mereka mengenakan dasi,baju rapih yang berkerah saban hari…
Aha…yayaya…sepatunya,sepatu kulit!
Mungkin mereka membelinya dari luar negri,atau justru mereka membelinya dipasar asongan,yang harganya bisa di nego....hahahaha…
Ah,tapi tidak mungkin juga kalau mereka membelinya dipasar asongan…
Lha upah mereka sebulan saja,mungkin cukup untuk biaya makan ku setahun.
Tapi…kalau mereka benar-benar membelinya dipasar asongan yang harganya bisa di nego itu….lalu kemana sisa-sisanya upah mereka?

(tampak kebingungan,lalu mencari-cari sesuatu disekitar ruangan yang kacau)

Tidak ada….tidak ada….tidak ada….tidak ada…..tidak adaaaaaaaaa…..
Brengsek!!! Dimana mereka menyimpan sisa-sisanya?
Disini tidak ada,disitu tidak ada,disini tidak ada,disitu tidak ada.
Brengsek mereka!!! Ahli betul dalam sembunyi-sembunyi.

(kepada penonton) hei kalian!!! Jangan hanya duduk manis saja! Ayo bantu saya untuk menemukan yang mereka sembunyikan.
Yayaya…jangan-jangan,kalian adalah anak-anak kutu dari mereka ya!?
Sebenarnya,kalian tau kan,dimana mereka menyembunyikan sisa uang belanjaan mereka.
Hahahaha….bodoh,bodoh,bodoh.
Tidak mungkin kalian tau,lha kalian saja hanya duduk termenung,tanpa tau apa yang saya rasakan….ya kan?!

(lelah mencari,sangat lelah,kemudian tersungkur lemas)

Hahaha….saya tau! Saya ingat! Saya mengerti !
Sisa-sisanya itu,mereka gunakan untuk membeli karung sampah!
Ya…karung sampah yang seperti saya miliki ini…
Saban hari saya mengisi karung ini hingga penuh…saya isi dengan sampah-sampah yang saya temukan.
Tapi tak jarang pula,saban hari mereka menginkan karung yang saya bawa ini.
Mereka ingin sampahnya? Atau karungnya ya?
Aaahhhh….masa bodo! Siapa yang peduli…
Terserah mereka saja ingin sampahnya,atau karungnya!
Mereka sendiri yang membuktikan,kalau mereka miskin.
Miskin!!!miskin!!!miskin!!!miskin!!!woy makhluk miskin!!!!

(tiba-tiba muncul suara sirine yang mengagetkan)

Apa itu? jangan-jangan!....

(tokoh lari bersembunyi dengan rasa ketakutan)

Ampun!!! Ampun pak!!! Ampun!!! Saya tadi hanya bercanda…sungguh,saya hanya bercanda…ampun…ampun….saya hanya orang kecil pak,tidak punya apa-apa…
Ini-ini,ambil saja karung saya,kalau memang anda mau….
Atau silahkan anda memilih sampah mana saja yang anda ingin kan…
Tapi jangan tangkap saya pak,jangan….
Saya masih memiliki tanggungan dosa yang menumpuk pak….

(menoleh keluar dengan rasa ketakutan,lalu keluar dari persembunyiannya)

Brengsek!!! Saya kira mereka mendengar celotehan saya yang menyinggung mereka tadi.
Ternyata hanya iringan-iringan kendaraan mewah!!!

(berjalan mencari teko didalam karung sampahnya,lalu menuangkannya pada gelas,kemudian membanting teko)

Sial ! tak ada air pula untuk diminum.
Tenggorokan ku sudah tersiksa ini !
Haha,untuk apa memiliki tetangga,kalau tidak untuk saling bantu…

LAMPU FADE-OUT SETELAH TOKOH PERGI,BEBERAPA SAAT KEMUDIAN LAMPU PUCAT,DISERTAI DENGAN SUARA KERAS DARI TOKOH.

(dari kejauhan) nanti saya akan membayarnya !!!

Perhitungan sekali dia….hanya meminta air se teko saja aku ditamparnya…
Padahal tadi aku sudah mengetuk pintu dengan sopan.
Tapi kenapa wanita itu memberikan teko ku dengan melempar ?!
Emansipasi wanita yang gagal….

(tokoh meminum air langsung dari teko,ia meminum dengan ganas,seperti manusia yang belum pernah merasakan air putih)


Wahhh….sedap benar air putih ini…

(kemudian tokoh menguak isi barang-barang dalam karungnya,yang ia keluarkan adalah sebuah TOA,cermin)
Ini,ini dia !!!
Corong maut,hahaha,corong ini mampu menghisap banyak manusia,mendoktrin manusia,dengan hanya bermodalkan corong maut ini.
Saya menemukannya di komplek yang jauh dari sini,berada ditempat sampah,menyatu dengan kotoran-kotoran lainnya.
Hahahha…..
Coba…caba….

(kemudian tokoh menggantungkan cermin,dan ia berlagak beroarsi memakai corong tersebut)

“hahaha,saudara-saudara sekalian…kemana bangsa ini akan dibawa,dimana bangsa ini akan ditempatkan,dimana bisa dibuktikan,bahwa seluruh warga indonesia,berhak mendapatkan kehidupan yang layak!!! Dimana kewarasan hukum negara ini diletakkan,dimana bisa kita rasakan,bahwa pancasila adalah dasar negara,ya! Pancasila!!”

(tokoh tersadar akan apa yang dia bicarakan,tersungkur,terjatuh,merangkak,sedih mendalam,lalu menangis)

Indonesia….indonesia….indonesia….pancasila….indonesia….pancasila….indonesia….
Pancasila…pancasila…pancasila…pancasila….indonesia….indonesia….pancasila….
Mereka….mereka….mereka yang merampas….mereka yang bertempur….mereka yang berpakaian rapih….mereka yang selalu dikawal….mereka yang merampas…merampas…merampas….biadab…biadab….biadab…..menuangkan tinta pena diatas selembar kertas kosong,mereka yang mencegah perampasan,tapi mereka yang merampas,mereka yang membuat hukum,tetapi mereka yang melanggar hukum,mereka yang tidak ingin kecurian,tapi mereka mencuri semua yang kami seharusnya dapati,mereka yang berkumpul,tetapi mereka sia-sia,mereka yang mencegah kelaparan,tapi mereka yang membuat kami lapar….

(tokoh merangkak menuju cermin,lau berbicara pada cermin)

Mereka yang menjujung tinggi pancasila,tetapi mereka yang menghilangkan pancasila…
Jika mereka tidak siap akan keberadaan pancasila…
Maka hilangkanlah pancasila…..

(tokoh memecahkan cermin dengan penuh amarah,alunan musik makin mengeras tegang,dan tokoh jatuh berlutut dengan pandangan kosong )

Indonesia…pancasila…indonesia…pancasila…indonesia…pancasila…

LAMPU FOKUS,SEMAKIN LAMA SEMAKIN SAMAR,LALU MULAI MEREDUP,DAN GELAP…

SELESAI


Didedikasikan untuk mereka yang telah melupakan ciri khas Indonesia, yaitu “pancasila”
Yusuf kurniawan
Email : capcusranger@yahoo.com
Nomer : 085715052528
Mementaskan naskah ini harus menghubungi penulis (sekedar pemberitahuan).


Monolog – MARKUS : Zohry Junedi


 
(Sajana Muda ; Iwan Fals Mode On)

(berpakaian kemeja setengah rapi, saat terlintas kerut diwajahnya tergambar lelaki paruh baya itu sepertinya sedang stress)

Ohhh Tuhan!!! Kemana lagi saya harus melangkah, saya lelah… telah sekian hari saya mondar mandir mencari pekerjaan tapi tak ada perusahaan yang mau menghargai ijazah-saya, jangankan untuk menjadi seorang eksekutif muda jadi seorang kuli bangunan sajah saya ditolak mentah-mentah, alasan mereka sederhana sekali ‘….anak muda tampangmu tidak mengizinkan untuk menjadi seorang kuli kau akan merepotkan dirimu sajah…..’, tapi ketika lamaran kumasukkan ke perusahaan , mereka justru menjawab sebaliknya ‘….anak muda lebih baik kamu jadi kuli sebab tampangmu tidak lulus akreditasi….’ . . . Sial mereka justru mengolok-olok saya!!!

(terdengar suara dentang denting besi…!!!!)

Lantas saya mau jadi apa?? Apa harus jadi Germo?? Akhhhh rasanya jawabannya akan sama saja dengan mereka ‘…anak muda tampangmu itu masih baby face mana ada perawan yang bakalan naksir kamu….‘ lho terus bwt apa saya sekolah tinggi-tinggi sampai gelar Sarjana Hukum ini menempel di belakang namaku, kalau pun harus jadi germo!! ternyata gelar ini justru merepotkanku sajah lebih baik saya tidak perlu sekolah jauh jauh meninggalkan kampoeng halaman , kalau tau dari dulu saja saya mengerjakan sawah milik pa’e dan bu’e , sekarang sawah dan ladang telah habis dijual untuk membiayai sekolahku, hufhhh nasib nasib….!!!!

Nama saya Marjuki lengkapnya Marjuki Kusdianto’ dengan sedikit penekanan di O’ , membuktikan bahwa saya berdarah jawa,(heee….) disapa akrab Juki atau teman2 didesa memanggil saya kus, Saya berangkat dari keluarga kecil tapi dengan cita2 besar, biaya sekolah dari SD hingga SMU mungkin bisa jadi hampir separohnya dari hasil jerih payah saya sendiri, pagi hingga siang saya sekolah , sorenya sehabis makan dan sholat saya bekerja di Gudang pengepakan sayur sayuran, semuanya saya lakukan karena saya ingin maju, melebihi kedua orang tua saya, saya ingin membahagiakan mereka seperti orang-orang lain, memberikan mereka rumah, membiarkan mereka istirahat dengan nyaman, dan menaikkan mereka haji, amien…. Seusai tamat bangku smu, saya sadar ternyata saya hanyalah keluarga miskin dan tidak pantas melanjutkan sekolah terlalu tinggi, huftt….akhirnya saya berpikir kembali untuk mengurungkan niat saya melanjutkan kuliah sebab jelas tuntutan biaya kuliah sangat mahal, belum lagi 12 orang adik saya masih kecil-kecil, mereka butuh biaya juga….!!! Tapi nasib berkata lain, tanpa sepengetahuan saya orang tua saya nekat menjual hampir separoh sawahnya dan beberapa ekor kerbau, hanya untuk menyekolahkan saya, saat itulah saya benar2 berjanji untuk serius dalam kuliah. (Dengan mata yang telah berawan gelap,tapi penuh mimpi!!!)

Saya dikuliahkan di fakultas hukum ternama di Universitas BBB alias Universitas Bukan Bintang Biasa, saya tumbuh menjadi mahasiswa yang begitu idealis, setiap ada kebijaksanaan yang dirasakan bertentangan dengan suara hati mahasiswa, mungkin saya adalah pelopor yang menentang pihak fakultas ataupun rektorat, ’…saudara-saudara mahasiswa!!!!...’ teriak saya lantang!!! ‘…..Pihak fakultas baru saja mengeluarkan kebijaksanaan sangat merugikan mahasiswa, merugikan kita semua, oleh sebab itu kawan2 semua mari sama2 kita bulatkan tekad satukan hati untuk menentang keputusan dekan sebab keputusan tersebut sama sekali tidak berdasar dan sangat merugikan mahasiswa, Setuju kawan2!!...’ spontan seluruh demonstran menyambut teriakan ‘…Setuju!!!...’ , ‘…. Kami tidak akan membubarkan diri sebelum tuntutan kami dikabulkan, satu komando satuu aksi!!!…’ seingat saya waktu itu matahari semakin terik, yang terus saja membakar emosi yang semakin kian memuncak karena perwakilan pimpinan belum juga keluar untuk memberi penjelasan, karena sepertinya tidak ada itikad baik dari pihak fakultas akhirnya emosi massa yang sudah pada posisi klimaks mendadak pecah… dipicu lagi salah satu mahasiswa mengaku dipukuli oleh satpam!!! Seperti tanpa aba-aba kami semua mulai brutal, dengan masa yang hampir mencapai 500san orang, kami semua menembus gedung, aparat yang menghadang kami serbu, kami pukul, barang2 administrasi kami hancurkan , semua pora-poranda . . . kondisi ruangan tak terkondisikan lagi, semua ba bi bu . . . beruntung ketika itu perwakilan pimpinan fakultas akhirnya keluar dibarengi beberapa orang dosen yang kelihatannya sudah begitu ketakutan, kelihatan dari wajahnya sepertinya mereka merasa terancam, pelan-pelan dengan nada sedikit gemetar “…saudara-saudara mahasiswa sekalian harap tenang, kami berjanji akan meninjau segala keputusan yang telah kami keluarkan, sekarang kami mohon kepada semuanya untuk membubarkan diri” huahaa… ketawaku dalam hati saat melihat jelas keringat dingin sebesar biji jagung para dosen tersebut. hmm, rasanya tak perlu saya sebutkan berapa banyak demonstrasi dan aksi lainnya yang kami lakukan untuk menentang segala peraturan yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani rakyat terutama mahasiswa.

(terdengar suara dentang denting besi kembali, marjuki mulai berang!!!)

Saya juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa atau sebut saja BEM, atau bukan saja aktif malah kemudian saya terpilih menjadi Presiden Mahasiswa dan setiap ketika saya berdiri didepan mimbar , tidak ada seorangpun yang sempat berbicara semua mata tertuju hanya pada saya, orang2 bilang saya seperti macan mimbar soekarno: mata saya nanar, emosi saya bak lahar panas yang meletusS-letus, tubuh saya tegak layak jenderal bintang lima, suara saya lantang memecah ruangan, semangadh saya berkobar berapi-api ‘…saudara-saudara mahasiswa semuanya, sekarang tidak ada lagi namanya penindasan dari dosen terhadap mahasiswa, tidak ada lagi kecurangan dalam dunia kampus, mari sama2 kita bersihkan birokrasi kita, hapus pungutan-pungutan liar bahkan kalau perlu seret mereka ke meja hijau bila terbukti atau gantung mereka biar dimayatnya kita tuliskan Bajingan Kampus!!! tidak ada lagi biaya SPP setiap tahun naik, pendidikan macam apa ini yang membiarkan berjuta2 anak putus sekolah karena biaya pendidikan mahal, Hidup mahasiswa!!! Hidup mahasiswa…!!!....’ sekejap ruang tenang pecah oleh gegap gempita reramai tepuk tangan undangan. Maka lama kelamaan nama saya mulai dikenal dikalangan pejabat teras universitas, tak banyak pejabat yang ternyata suka dengan muncung besar saya, tapi juga tidak sedikit dosen atau pejabat yang memuji keidealisan seorang mahasiswa seperti saya. akhirnya saya tidak mengecewakan kedua orang tua saya didesa, tidak berlama-lama tepat genap 6 tahun akhirnya saya terpaksa diluluskan dengan IPK ya standartlah,(ehehee…) .

Nama saya begitu dipuja dan disebut sebut di tiap sudut desa ketika saya telah berhasil meraih gelar sarjana, sarjana hukum impian saya dan juga mimpi orang tua saya!!! ‘…..Uyyy, saudara/I anak’e pak midun dah suksesss, uyy si marjuki udah jadi orang kayaa, HIduPp jukii…’ teriak orang2 kampung hamppir disetiap sudut desa.

Akhhhh…. Tapi itu kisah masa lalu tentang kejayaan yang tak akan mungkin kembali, sekarang saya hanyalah seorang pengangguran sial dan hari ini tepat 1 tahun setelah kelulusanku dan tepat 1 tahun saya menjadi pengangguran sial!!! Cita2ku untuk menjadi seorang jaksa atau hakim rasanya cukup kubawa sampai saat itu sajah, tapi saat itu ditengah kebimbangan, sayup sayup muncul seorang yang sepertinya saya kenal, beliau membawa sebuah kabar yang sempat menghentikan denyut jantung saya, ohhh ya ya ternyata dia teman satu angkatan yang dulu sama2 berjuang menegakkan idealisme kampus, dengan Bangga dia menyambut genggaman saya sehangat salam mahasiswa seperti dulu ‘…Selamat sob, akhirnya cita2 kamu tercapai, saudara lulus seleksi calon hakim!!!....’ saya masih dalam keadaan setengah percaya setengah tidak, saya hanya tak mampu berbicara banyak saat itu. Saya jadi hakimmmm, “….saya jadi hakimm…!!” sontak meledak gembira yang meluapP dalam diri saya “...saya jadi hakimmm... pa’ee…bu’eee Juki jadi hakimmm…!!!!” Akhirnya saya harus percaya jika kita punya semangadh yang besar dan tak lelah berjuang, apapun cita2 pasti tercapai.

Belum cukup 5 tahun saya telah menjadi hakim terkenal, dengan keidealisan yang sama seperti waktu saya jadi mahasiswa dulu. Setiap kasus-kasus saya putuskan dengan berdasarkan keadilan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa!!!.

Hingga pada suatu malam yang bagi saya terlalu kelam untuk dijadikan malam, saya ingat betul malam itu tepat pukul 12 lewat 10 menit hape saya berdering, saya ditelpon oleh seorang yang sama sekali tidak saya kenal, dia meminta saya untuk memenangkan persidangan lusa mendatang, jelas waktu itu saya semprot habis-habisan ‘…Setan kamu, kamu pikir saya siapa seenaknya mau suap saya,jangan samakan saya dengan hakim2 lain, dengar siapapun anda saya tidak akan tergoda, saya hanya memutuskan berdasarkan bukti dan hati nurani bukan berdasarkan uang kamu Iblis!!!...’ sebelum saya semprot habis-habisan penelepon yang entah siapa itu sempat mengatakan bahwa uang jaminan perkara sudah mereka kirimkan lewat rekening atas nama saya. sehabis telpon itu kututup saya tidak bisa tidur lagi, entahlah kalimatnya selalu terbayang bayang ”…rekening atas nama anda……rekening atas nama anda.. rekening atas nama anda…!!!” Akhhh persetan pikirku dalam hati, saya terus berusaha melupakan apa yang terjadi barusan, tapi tetap saja malam itu terlanjur membuat jantungku pecah, hingga menjelang pagi saya tetap tidak bisa tidur, seharian pekerjaanku semuanya berantakan, belum lagi kawan2 sekantor yang tak tentu salah apa, semuanya jadi lampiasan emosiku . . . untuk menenangkan alur pikirku, ku coba untuk berjalan2 sejenak keluar kantor sambil menghirup udara segar, tapi pilihanku salah, rasa penasaranku semakin menjadi saat tiba2 tanpa sengaja saya melintasi sebuah bank, seperti terhipnotis saya dibawa menuju kesebuah atm, pelan2 saya memasukkan kode pin tiga, dua, enam, tujuh, lima… saya setengah percaya jumlah angka nol yang muncul di layar atm kok banyak sekali, pelan pelan saya hitung dengan seksama “..nolllllll… nnnnoooool… nnnnnnolllll… nnnnolll… nooollll… nnol… nnnol… noool… nolll…” sekejap sekujur tubuhku gemetaran, pandanganku kelam, nafasku kejar2an dengan denyut jantung . . . masih dalam kondisi setengah sadar kuhitung ulang jumlah nol tepat dibelakang angka 2, satu . . . dua . . . tiga . . . empat . . . lima . . . enam . . . tujuh . . . delapan . . . sembilan . . . ha 2 Milyar??? Langsung kuterduduk tanpa banyak kata . . . 2 Milyarrrr . . . 2 milyarrr milyarrr . . . seperti sudah didepan mata sebuah rumah mewah memanggil manggil nama saya marjuki . . . juki . . . juki . . . terlebih lagi senyum bangga kedua orang tua saya berselempangkan peci dan kerudung haji dari mekkah . . .

(kembali terdengar suara dentang denting besi, menyadarkan juki dari lamunannya)

saya langsung pulang dengan langkah cepat tak tentu, pulang langsung duduk menuju ruang kerja saya dan merubah semua putusan pengadilan untuk memenangkan uang 2 milyar, akhhh persetan dengan keadilan , keadilan tak memberiku kebahagiaan tapi 2 milyar ini mampu mengantarku pada jalan pintas menuju mimpi-mimpi yang telah lama kunanti.

Mungkin bukan sekali dua kali aku menggadaikan keidealisan mahasiswa yang selalu kubangga banggakan seperti dulu, keadilan telah kugadaikan oleh sejumlah uang “. . . marr . . . mar . . . mar . .. kussss . . . kus . .. kus…” begitu rayuan nakal segelimang harta tersenyum memanggilku, “….marrr . . . kusss . . .” dan akhirnya terkenallah saya dengan sebutan markus yang sebenarnya marjuki kusdianto tapi dipelesetkan menjadi ‘Makelar Kasus’ huahahaaa…..

(terdengar suara pukulan besi, kali ini lebih nyaring dan lebih ganass!!!!)

Ia… ia… ia…. Saya tidur, dasar sipir penjara Goblok!!!!

(kemudian melentangkan tubuhnya seperti hendak tidur, dengan posisi membelakangi penonton: terlihatlah di belakang baju bertuliskan: TAHANAN LP CIPINANG)


Bengkulu, 23 Desember 2009
Zohri Junedi